Yalla gamaah! Izaykua? Saat ini Indonesia tengah menghadapi pelbagai permasalahan sosial, salah satunya adalah rusaknya moralitas para pemimpin akibat keserakahan dan kecintaan berlebihan terhadap dunia. Dan Fenomena ini bukanlah sekadar persoalan sistem atau regulasi, tetapi lebih dalam lagi, ini menyangkut kondisi hati setiap individu. Ketika hati manusia masih dipenuhi dengan ketamakan, maka pelbagai penyimpangan akan terus terjadi.
Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa, sumber utama dari kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia berakar pada hati. Beliau ﷺ bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
"Ketahuilah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Jika daging itu rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari hadits diatas, dapat dipahami bahwa perbaikan kondisi bangsa bukan hanya soal kebijakan dan regulasi, tetapi lebih personal, yakni perbaikan hati setiap individu. Hati yang bersih akan menghasilkan pemimpin yang amanah, masyarakat yang jujur, dan lingkungan yang lebih baik.
Karena kebahagiaan sejati dalam hidup tidak diukur dari harta, jabatan, atau kekuasaan, tetapi dari kebersihan hati. Orang yang hatinya bersih akan selalu merasa cukup dan bahagia, apapun keadaannya. Sebagaimana maqolah yang disampaikan beliau Agus Aniq:
الرِّضَى مِفْتَاحُ كُلِّ سَعَادَةٍ
"Ridha adalah kunci segala kebahagiaan."
Hati yang ridha adalah hati yang menerima takdir Allah dengan lapang dada, tanpa keluhan dan protes. Namun, dalam mencapai kondisi hati yang ridha bukanlah perkara yang mudah. Diperlukan latihan dan kesungguhan dalam membersihkan hati dari penyakit-penyakit seperti iri, dengki, dan cinta dunia yang berlebihan.
Dalam salah satu syairnya, Imam Al-Haddad memberikan nasihat berharga tentang menghadapi kehidupan dengan ketenangan hati:
هَوِّنْ عَلَيْكَ نَائِبَ الدَّهْرِ يَهُنْ عَلَيْكَ كُلُّ مَا يَجْرِي
"Janganlah terlalu bersedih menghadapi ujian hidup, maka semua yang terjadi akan terasa ringan bagimu."
Allah juga telah menjanjikan bahwa setiap kesulitan pasti disertai dengan kemudahan:
فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا
"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sungguh, bersama kesulitan ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah: 5-6).
Intinya, dalam menghadapi kehidupan, seorang mukmin membutuhkan dua hal utama, yaitu syukur dan sabar. Kemudian Beliau menegaskan kembali bahwa kehidupan ini penuh dengan ujian dan cobaan. Namun, dengan kesabaran dan keyakinan terhadap kelembutan Allah, semua masalah pasti akan menjadi ringan:
فَحُسْنُ الظَّنِّ بِمَوْلَاكَ فِي الْأَحْوَالِ مِنْ يُسْرٍ وَمِنْ عُسْرٍ
"Berbaik sangkalah kepada Tuhanmu dalam segala keadaan, baik dalam kemudahan maupun kesulitan."
Syukur dan sabar adalah dua hal yang saling melengkapi. Ketika mendapat nikmat, kita bersyukur agar nikmat itu bertambah dan berkah. Ketika mendapat ujian, kita bersabar karena Allah tidak akan membebani seseorang di luar batas kemampuannya:
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًۭا إِلَّا وُسْعَهَا
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah: 286).
Jika kita melihat fenomena di masyarakat, banyak orang merasa stres, cemas, dan kehilangan arah dalam hidup. Rutinitas yang melelahkan, ketidakpastian masa depan, serta berbagai persoalan kehidupan seringkali membuat hati manusia gelisah. Maka dari itu Rasulullah ﷺ senantiasa mewanti-wanti kita agar menjaga hati tetap bersih, karena itu kunci untuk menjalani hidup dengan tenang dan penuh keberkahan.
Salah satu cara terbaik untuk menjaga hati adalah dengan menghindari penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki, dan cinta dunia yang berlebihan. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
"Jauhilah sifat hasad (iri dengki), karena sesungguhnya hasad itu akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR. Abu Dawud).
Fokus pada Penilaian Allah, Bukan Manusia.Di zaman sekarang, banyak orang lebih peduli pada penampilan fisik dan bagaimana mereka terlihat di mata manusia, daripada menjaga hati agar tetap bersih di hadapan Allah. Padahal, Imam Al-Ghazali berkata:
إِنِّي رَأَيْتُ فِي الإِنْجِيلَ أَنَّ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ : (مِن سَاعَةِ يُوضَعُ الْمَيِّتُ عَلَى الْجَنَازَةِ إِلَى أَنْ يُوضَعَ عَلَى شَفِيرِ الْقَبْرِ يَسْأَلُ اللَّهُ بِعَظَمَتِهِ مِنْهُ أَرْبَعِينَ سؤالاً، أَوَّلَهُ : يَقُولُ : عَبْدِي ... طَهَّرْتَ مَنْظَرَ الْخَلْقِ سِنِينَ وَمَا طَهَّرْتَ مَنْظَرِي سَاعَةٌ. وَكُلَّ يَوْمٍ يَنْظُرُ فِي قَلْبِكَ. يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: مَا تَصْنَعُ لِغَيْرِي وَأَنْتَ مَحْفُوفٌ بِخَيْرِي! أَمَا أَنْتَ أَصَمُّ لَا تَسْمَعُ!؟)
“Saya (Imam Ghazali) telah mengetahui dalam Kitab Injil yang telah diwahyukan kepada Nabi Isa as. sebagai berikut: "Sejak diletakkannya jenazah sampai dibaringkan di kubur, Allah bertanya 40 masalah kepada si mayit, yang pertama "Hai hambaku, kenapa kau sebegitu baguskan penampilanmu di hadapan sesama makhluk sedangkan kau tak pernah memperindah sedikitpun dari hatimu yang menjadi tempat pandanganku. Sementara tiap hari Allah memandang hatimu dan berkata "Kau beramal untuk selain Aku dan kau selalu diliputi kebaikan dariku! apa kau itu tuli?!"
Dan juga sabda nabi ﷺ:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
"Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian." (HR. Muslim).
Wahyu ini menegaskan bahwa yang paling penting bukanlah seberapa kaya atau tinggi jabatan seseorang, tetapi bagaimana kondisi hatinya. Maka, sungguh ironis jika manusia berlomba-lomba memperindah tubuhnya, tetapi mengabaikan kebersihan hatinya.
Cara Membersihkan dan Menjaga Hati
Merawat hati memerlukan usaha yang terus-menerus. Hati manusia mudah berubah, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
يَا مُقَلِّبَ ٱلْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَىٰ دِينِكَ
"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu." (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
Untuk menjaga hati tetap bersih dan kuat, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1. Menjaga makanan dan harta dari yang haram – Karena makanan haram dapat mengeraskan hati dan menghalangi doa.
2. Bersahabat dengan orang-orang saleh – Lingkungan yang baik akan membantu menjaga kebersihan hati.
3. Banyak berzikir dan membaca Al-Qur'an – Sebagaimana firman Allah:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah-lah hati akan selalu tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Mahaguru Ulama Mazhab Syafi’i dari Al-Azhar Mesir, Syekh Abdul Aziz As-Syahawi, menyampaikan pesan penting tentang dzikir terbaik yang sepatutnya kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, dzikir yang paling utama adalah dengan melantunkan Al-Qur'an;
"(Saya) menekankan bahwasanya dzikir yang terbaik yang kita amalkan adalah (melantunkan) Al-Qur'anul Karim. Dzikir yang terbaik yang harus kita amalkan adalah Al-Qur'anul Karim."
4. Menghindari penyakit hati seperti iri, dengki, dan sombong – Karena penyakit-penyakit ini akan membuat hati menjadi gelap dan sulit menerima kebenaran.
Hati adalah muaranya. Manusia tidak akan melakukan pelanggaran jika ia menjadikan hatinya sebagai tempat untuk meminta pertimbangan, karena hati adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian Allah ﷻ. Memang hanya Allah ﷻ yang mampu menjaga kualitas hati kita. Namun, sebagaimana kita sering berolahraga untuk menjaga kesehatan fisik, maka untuk menjaga kesehatan hati, kitapun memerlukan sebuah aksi, sebuah upaya yang benar benar nyata, istiqamah, dan penuh kesungguhan.
Dan syair Imam Al-Haddad ini mengajarkan cara bermuamalah dengan hati dalam menghadapi kehidupan. Beliau mengajarkan kita untuk menerima takdir dengan lapang, berbaik sangka kepada Allah, bersyukur, dan bersabar dalam menghadapi kesulitan. Selain itu, zuhud terhadap dunia juga menjadi bagian dari ketenangan hati.
‘Ala kulli hal semoga kita semua bisa mengamalkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hati kita selalu dalam keadaan tentram dan penuh keberkahan. Aamiin.
Oleh: Al-Kamali.
0 comments: