Friday, August 15, 2025

Kunjungan Al Habib Hasyim bin Abdrurrahman Alaydrus (Pengasuh Ma’had Al Budur Fii ‘Uluumil Qur’an Tarim, Yaman)

    Selasa, 12 Agustus 2025, Al Habib Hasyim bin Abdrurrahman Alaydrus (pengasuh Ma’had Al Budur Fii ‘Uluumil Qur’an Tarim, Yaman) dengan anugerah Allah dapat mengunjungi Pondok Pesantren Putra Al Fattah Kudus.

    Habib Dr. Hasyim bin Abdurrahman Al-Idrus adalah seorang ulama yang berasal dari Tarim, Hadramaut. Beliau menempuh pendidikan di berbagai tempat, dimulai dari berguru kepada Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar di Baidha’, yang juga merupakan guru dari Habib Umar bin Hafidz, menjadikan beliau berdua berada dalam satu perguruan. Setelah itu, beliau melanjutkan pendalaman ilmunya di Darul Mustofa yang dipimpin oleh Habib Umar bin Hafidz.

    Beliau melanjutkan pendidikan ke Mesir, di mana beliau meraih gelar sarjana dan magister di Universitas Al-Azhar Asy-Syarif dengan fokus pada tafsir dan ilmu Al-Qur’an. Di sana, beliau juga mendapatkan sanad qira’ah ‘asyrah sughra dan kubra serta berbagai ijazah kitab. Studi doktoral beliau selesaikan di Universitas Az-Zaitunah, Tunisia, di bidang ilmu Al-Qur’an, dengan mengulang program magister di jurusan yang sama, dan beliau lulus dengan predikat mumtaz ma’a martabah syaraf (sempurna dengan sangat mulia). Beliau juga pewaris sanad Al-Qur’an urutan ke-29 dari Rasulullah ﷺ.

Jabatan:

1. Pendiri dan pengasuh Ma’had Al Budur Fii ‘Uluumil Qur’an Tarim, Yaman.

2. Pendiri dan pemimpin Qismut Tahfidz Qur’an di Ma’had Darul Musthofa Tarim, Yaman.

3. Ketua dan pembina Halaqah Qira’ah Sab’ah, ‘Asyrah Sughra Kubra di Ribath Ilmi Asy-Syarif Seiwun, Yaman. (1435 H).

4. Ketua Qismut Tafsir wa ‘Ulumil Qur’an di Universitas Al-Wasathiyyah Asy-Syar’iyyah Hadramaut, Yaman.

5. Anggota Majlis Ifta’ di Ribath Ilmi Asy-Syarif Seiwun dan Darul Faqih Tarim, Yaman.

Dalam tausiyahnya, Al Habib Hasyim menjelaskan beberapa poin utama:

1. Fath dan Al-Qur’an

    Beliau menjelaskan bahwa nama pondok kita – Al Fattah – berasal dari shigat mubalaghah (lafal yang menunjukkan makna hiperbola). Demikian juga merujuk pada asma Allah Al-Fattah yang berarti “Maha Pembuka,” yang banyak membukakan pintu-pintu kebaikan. Beliau menekankan bahwa cara terbaik untuk mendapatkan futuh atau pembukaan dari Allah adalah melalui Al-Qur’an.

    Fath ini bisa terwujud dalam bentuk pemahaman ilmu yang mudah, kelancaran dalam menghafal Al-Qur’an, dan ketenangan hati. Beliau memberikan contoh dari Al-Qur’an surah ke-48, yaitu surah Al-Fath yang bermakna kemenangan. Surah ini turun saat terjadi Perjanjian Hudaibiyah yang menjadi jalan bagi Allah untuk menganugerahkan kemenangan bagi umat Islam.

    Intinya, dibalik semua kejadian Perjanjian Hudaibiyah, hikmah yang dapat kita ambil adalah bahwa fath atau kemenangan akan turun ketika kita bersabar, karena pertolongan Allah berada bukan pada masa-masa senang dan santai kita, melainkan di masa-masa sulit.

    Sehingga, kalau kalian saat ini belajar dalam masa yang sulit, jauh dari orang tua, makannya sedikit, atau bahkan tidak ada makan, ya sabar. Karena orang yang sabar menghadapi kesulitan seperti itu dalam masa belajarnya, Allah akan memberikan dia futuh, Allah akan memberikan pembukaan terhadap ilmu-ilmunya. Tetapi kalau pekerjaannya tidur–makan, tidur–makan, ya dari mana mau di-futuh?

    Jadi, futuh juga dimulai dari diri sendiri. Di sini beliau juga mengajarkan bahwa ketika engkau berada dalam kesulitanmu, barangkali itu jalan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memberikan kepadamu futuh tersebut.

    Dan jika Allah sudah membukakan seseorang lewat Al-Qur’an, maka ia akan diberi pemahaman yang tiada batasnya, seperti halnya lautan yang tak bertepi. Adapun ilmu-ilmu yang lain diibaratkan sungai-sungainya.

    Setiap kita banyak membaca Al-Qur’an, Allah akan memberikan pemahaman yang baru, dan semakin banyak serta semakin sering mengulang Al-Qur’an, maka semakin besar pula pemberian Allah. Seperti yang dikatakan Al-Imam Asy-Syatibi:

وَإِنَّ كِتَابَ اللهِ أَوْثَقُ شَافِعٍ … وَأَغْنَى غَنَاءٍ وَاهِباً مُتَفَضِّلَا

“Dan sesungguhnya Kitab Allah (Al-Qur’an) adalah pemberi syafaat (penolong) yang paling kuat, dan merupakan harta karun pemberian yang tak akan ada habisnya dalam memberi kekayaan dan karunia.”

    Bagaimana ciri-ciri kita -orang Indonesia- memperoleh futuh yang kesehariannya tidak berbahasa Arab? Yaitu, pertama, kita mendapat ketenangan hati dan kenyamanan ketika membaca serta mengulang-ulangnya tanpa ada rasa bosan. Kemudian, tingkat kedua adalah memperoleh pemahaman maknanya.


2. Keutamaan Ahlul Qur’an

    Habib Hasyim menyebutkan bahwa orang yang menjadi Ahlul Qur’an memiliki kedudukan yang sangat mulia, bahkan disebut sebagai keluarga Allah. Kedudukan ini lebih agung daripada garis keturunan mana pun.

    Al-Qur’an, menurut beliau, adalah warisan dari Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih. Warisan Allah ini berbeda dari yang lain, karena semakin banyak seseorang membaca atau menghafal, semakin banyak pula warisan spiritual yang didapatnya. Maka ambillah warisan ini dengan sebaik-baiknya.

    Dan nasihat beliau kepada kita semua adalah:

عَظِّمُوا الْقُرْآنَ وَعَظِّمُوا أَهْلَ الْقُرْآنِ

“Agungkanlah (dengan penuh penghormatan) Al-Qur’an, begitu juga kepada guru-guru kita.”


3. Adab kepada Guru

    Poin terakhir yang ditekankan adalah adab atau etika kepada guru. Beliau menyampaikan bahwa guru lebih mulia dari ayah kandung karena guru membimbing ruh menuju Allah, sementara ayah hanya memelihara jasad.

    Berbakti kepada guru dianggap sebagai bagian dari berbakti kepada orang tua. Bentuk penghormatan utama adalah dengan menuruti perintah, mendoakan, dan menjaga adab.

    Habib Hasyim juga menyampaikan bahwa beradab kepada guru akan membuahkan hasil di mana murid-murid kita di masa depan juga akan beradab baik kepada kita. Sebagaimana jika kita berbakti kepada kedua orang tua, kelak anak-anak kita juga akan berbakti kepada kita.


Oleh : Tim Litbang.

Friday, July 25, 2025

Ringkasan Mauidhoh Abah KH. Aniq Muhammad Makki, B. Sc., MA. Pada Acara Haul Mbah Panggung

Allah itu menyebarkan dan barakahnya kepada orang-orang mulia, khususnya para wali. Rahmat dan barakah yang Allah titipkan kepada para wali itu bukan hanya ketika para wali itu masih hidup, bahkan ba‘da al-wafat pun itu masih bisa diambil barakahnya. Dijelaskan di dalam kitabnya Syaikh Ihsan Jampes yaitu kitab 'سِرَاجُ ٱلطَّالِبِينَ عَلَىٰ مِنْهَاجِ ٱلْعَابِدِينَ', beliau menukil kalam Syaikh Ahmad Zaini Dahlan:

.قَدْ صَرَّحَ كَثِيرٌ مِنَ الْعَارِفِينَ أَنَّ الْوَلِيَّ بَعْدَ وَفَاتِهِ تَتَعَلَّقُ رُوحُهُ بِمُرِيدِيهِ، فَيَحْصُلُ لَهُم بِبَرَكَتِهِ أَنْوَارٌ وَفُيُوضَاتٌ

"Orang-orang yang sudah mencapai maqām ma‘rifat terhadap Allah itu berkata: para wali itu ketika sudah wafat justru ikatan batinnya terhadap murid-muridnya itu lebih kuat daripada ketika beliau-beliau masih hidup."

Maka tidak aneh, sering terjadi seorang kiai, seorang wali yang sudah wafat, kemudian nurnya atau berkah bisa dirasakan oleh murid-murid beliau. Di dalam kalamnya Al-Imam ‘Abdullah bin ‘Alawi al-Ḥaddad, beliau dengan jelas berkata demikian:

.ٱلْوَلِيُّ يَكُونُ إعْتِنَاؤُهُ بِقَرَابَتِهِ وَاللَّائِذِينَ بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ أَكْثَرَ مِنِ ٱعْتِنَائِهِ بِهِمْ فِي حَيَاتِهِ

Artinya: para wali itu ketika sudah meninggal, justru perhatian mereka atau didikan mereka dari alam barzakh lebih kuat daripada ketika beliau-beliau masih hidup di dunia. Kenapa? Karena:

.لِأَنَّهُ كَانَ فِي حَيَاتِهِ مَشْغُولًا بِٱلتَّكْلِيفِ، وَبَعْدَ مَوْتِهِ طُرِحَ عَنْهُ ٱلْأَعْبَاءُ وَتَجَرَّدَ

Para wali-wali itu ketika masih hidup, kesibukan dunia mereka banyak, apalagi ruhnya masih nyambung dengan jasad, maka jarang sekali ada cerita wali itu bisa berada di beberapa tempat dalam satu waktu tidak semua orang.

Maka justru perhatian beliau-beliau kepada kita, ketika masih hidup tidak terlalu banyak. Namun setelah wafat, seperti yang dijelaskan Al-Imam ‘Abdullah bin ‘Alawi al-Ḥaddad, justru mereka terlepas dari basyariyahnya, terlepas dari sifat dunianya, akhirnya perhatian dari alam barzakh itu malah lebih kuat. Maka tidak aneh karena kita golongan Ahlussunnah wal Jama‘ah, terkhusus golongan Nahdlatul ‘Ulama’, itu sangat ditekankan untuk berziarah kubur. Karena kita semua ber‘itiqad, yakin bahwasanya para wali itu belum wafat, hanya jasadnya saja yang meninggal, namun ruhaniyahnya selalu membersamai kita, ruhaniyahnya masih mendidik kita semua.

Pada akhirnya banyak sekali orang-orang setelah melaksanakan ziarah kubur merasa hajat-hajatnya terkabul dan urusan-urusannya dipermudah. Namun apakah kita tega menempatkan para wali dan para ulama yang sudah wafat hanya sebatas di maqam (baca : kedudukan) sebagai perantara pengabul doa kita (yang kita tawassuli) saja? 

Jika kita mengingat hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

.كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ أَلَا فَزُورُوهَا

Hadis Nabi melalui riwayat Muslim, beliau berkata: "Dulu aku pernah melarang kalian semua untuk ziarah kubur, namun sekarang berziarahlah."

Terusan hadis yang diriwayatkan Imam at-Tirmizi:

.فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ ٱلْآخِرَةَ

Kenapa Nabi memerintahkan untuk ziarah kubur? Karena ziarah kubur itu mengingatkan kita terhadap akhirat. Kemudian, ziarah yang seperti apa yang bisa mengingatkan kita terhadap akhirat? Di dalam kitab أَفْصَحُ الِّسَان dijawab:

Ziarah yang bisa mengingatkan kita ke akhirat itu tergantung kondisi sahib al-maqbarah (kondisi orang yang diziarahi), karena orang yang diziarahi ini ada kemungkinan tiga macam golongan.

1. Yang pertama: ziarah kepada orang-orang yang terkenal kejelekannya, orang-orang ahli maksiat, tidak shalih sama sekali. Lalu mengapa diziarahi? Karena:

.فَالْحَوْلِيَّةُ أَوْ فَالزِّيَارَةُ لِهَذِهِ الْأَشْخَاصِ تَتَضَمَّنُ مَعْنَى التَّرْهِيبِ

Ziarah ke orang-orang jelek itu ada maknanya, yaitu kita harus hati-hati, jangan sampai mati kita dalam keadaan jelek seperti sahib al-maqbarah, atau bermakna hati-hati jangan sampai suul khatimah seperti orang itu.

2. Kemudian yang kedua: adalah orang-orang yang shalih. Jika ziarah kepada orang-orang shalih, para wali, ini maknanya bukan الترهيب (at-tarhīb) tapi الترغيب (at-targhīb), yaitu kita berziarah namun di situ harus ada makna: kita terdorong untuk melakukan amal-amal shalih. Setelah kita berziarah, “gimana ya caranya bisa sholeh seperti ṣāḥib al-maqbarah, gimana caranya kita bisa ‘ālim seperti ṣāḥib al-maqbarah?” Sehingga ketika kita ziarah ke para wali, keluar-keluar kita bisa tambah kebaikan, iman, dan takwanya.

3. Yang terakhir: ketika yang diziarahi yaitu orang-orang yang bukan hanya sekadar shalih namun maqamnya sudah maqam para nabi, para rasul, dan para sahabat. Orang-orang seperti ini, ketika kita ziarahi, harus kita ingat terhadap manaqib atau sejarahnya. karena rata-rata para wali, kepada kematian itu justru merindukan. Seperti yang dikatakan Al-Imam ‘Ali bin Muḥammad bin Husein al-Habsyi di dalam salah satu qasidahnya:

إِذَا عَلِمَ الْعُشَّاقُ دَاءِي فَقُلْ لَهُمْ

فَإِنَّ لِقَائِِ أَحْبَابِ قَلْبِ دَوَاؤُهُ

“Ketika kamu dan orang-orang yang rindu itu tahu penyakitku itu apa hanya satu, yaitu bertemu dengan kekasih hatiku, yaitu Nabi Muḥammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Yang dimaksud di sini adalah bukan hanya bertemu Nabi di Madinah saja, namun bisa bersama beliau di satu alam, yaitu alam barzakh.

Cerita seperti ini banyak sekali. Salah satunya adalah kisah Sayyiduna Bilal ketika mendekati ajalnya. Didalam kitab 'Siyar A‘lam an-Nubala’ Juz 1 halaman hal 359 Al-Imam Syamsuddin az-Zahabi menjelaskan:

قَالَ سَعِيْدُ بنُ عَبْدِ العَزِيْزِ: لَمَّا احْتُضِرَ بِلاَلٌ قَالَ: غَداً نَلْقَى الأَحِبَّهْ ... مُحَمَّداً وَحِزْبَهْ قَالَ: تَقُوْلُ امْرَأَتُهُ: وَاوَيْلاَهُ. فَقَالَ: وَافَرَحَاهُ.

Menjelang ajal beliau sayyiduna Bilal terbaring di atas tempat tidur dan berkata : “Besok aku akan bertemu dengan para kekasihku... Nabi Muhammad dan sahabat-sahabat beliau.”

Sementara istri Sayyiduna bilal duduk disamping beliau seraya menjawab : "Wahai musibah besar ini!" atau "Aduh celaka, suamiku akan pergi!"

Namun Sayyiduna Bilal tidak ikut dalam kesedihan itu. Justru beliau membalas dengan penuh kebahagiaan : "Wahai, betapa bahagianya ini!"

Ketika ziarah kepada orang seperti ini, maka mati bukan menjadi sebuah momok besar atau hal yang menakutkan, akan tetapi kematian menjadi awal dari perjumpaan yang sudah lama dirindukan. Yang berada dibenak bukanlah beratnya siksa dan hisab yang akan diperhitungkan, namun betapa besar nikmat dan karunia yang akan diterima di alam barzakh.

Closing statement dari pembahasan di atas: sekarang tinggal diri kita masing-masing. Apakah kematian kita nanti itu berujung baik atau buruk wallāhu a‘lam itu semua tergantung amal kita masing-masing. Apakah kita termasuk golongan orang yang pertama ataukah orang yang kedua?

Maka kita harus bisa meniru untuk meraih tingkat ketakwaan dan tingkat keshalihan para orang-orang yang diziarahi para wali Allah sehingga kita tidak di tingkat orang-orang yang jelek, tapi di tingkat orang-orang yang shalih, sehingga berkumpul bersama dengan para nabi, siddiqin, syuhada, dan salihin. Aamiin. Wallahu A'lamu Bishowab.

Kudus, 27 Muharrom 1447 H. 


Oleh: Tim Litbang

Thursday, July 24, 2025

Gas atau Nggak? Pilih yang Worth It!

.من لم يذق ضيق الهم لم يذق عيش الّذة

“Barangsiapa yang tidak pernah merasakan sempitnya kegelisahan, maka ia tidak akan merasakan manisnya hidup yang penuh kenikmatan”.

.‎من لازم طرق الباب يوشك أن يفتح له 

‏“Barangsiapa yang terus mengetuk pintu, niscaya akan dibukakan untuknya”. 

(Syeikh Said Al Kamali).

    Orang orang yang sukses adalah orang orang yang merelakan hal yang tepat diwaktu yang tepat, mereka tidak takut untuk menentukan suatu keputusan dengan pemikiran jangka panjang bahkan jika itu terdapat resiko, namun resiko terukur dapat membuka peluang kesuksesan lebih besar. So, jangan takut untuk mengambil keputusan atau resiko dari suatu apapun dalam hidupmu.

    Perjuangkan apa yang worth it untukmu, yang menjadi pemicu semangat ketika engkau menjalaninya. Jangan banyak berandai-andai, berfikirlah realistis. Jangan memaksa diri untuk melakukan sesuatu yang tidak benar-benar diinginkan, walaupun menurut sebagian orang itu impian. Sehingga, meskipun sulit untuk dijalani, karena hal ini tepat, maka mudah & worth it untukku.

    Jadi apa yang kita lakukan kita gabisa hanya main aman, kita harus memberanikan diri kita untuk menyerah. Hingga akhirnya kita memutuskan untuk berhenti melakukan hal-hal yang menurut kita tidak efektif untuk mencapi goal-goal kita tadi, supaya menjadi yang terbaik di bidang yang kita pilih.

    Ada konsep ‘opportunity cost’ (biaya peluang) namanya, yaitu kamu harus membayar sesuatu yang kamu pilih dengan merelakan suatu lain yang engkau tinggalkan, dan rela melakukan itu karena kamu yakin telah mengambil jalan yang berpotensi untukmu.

    Dalam hidup, kita tidak bisa terus bermain aman. Kesuksesan tidak datang dari zona nyaman, melainkan dari keberanian untuk memilih, merelakan, dan mengambil risiko yang terukur. Keputusan besar memang menuntut pengorbanan, namun justru di situlah kita belajar menjadi pribadi yang lebih fokus, tajam, dan berani menghadapi kenyataan.

Ketika kita berani melepaskan sesuatu yang tidak lagi efektif demi sesuatu yang lebih sejalan dengan tujuan kita, itulah bentuk kedewasaan dan kemajuan. Maka jangan takut membuat keputusan, selama itu diambil dengan kesadaran, perhitungan, dan keyakinan.

Hidup bukan tentang melakukan segalanya, tapi tentang melakukan yang paling tepat. Dan untuk itu, kita harus rela meninggalkan sesuatu agar bisa sungguh-sungguh menjemput yang lebih berharga.

"Don’t think to do the best, but think to do the best wherever you live get success in the world."

 "Jangan hanya berpikir untuk menjadi yang terbaik, tapi berpikirlah untuk melakukan yang terbaik di mana pun kamu berada agar meraih kesuksesan di dunia."

(Abah Aniq Muhammad Makki, dalam buku majalah IKSAB 2007 / 2008 M.)


Oleh : Yusrul Falah.


Thursday, June 5, 2025

✨ Keindahan Puasa: Warisan Hikmah dari Ulama Tercinta ✨

Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga. Lebih dari itu, puasa adalah ibadah yang sarat makna, kaya hikmah, dan penuh keberkahan. Dalam setiap detik kita menahan diri, ada limpahan pahala yang Allah janjikan. Tak heran jika para ulama salaf dan para kekasih Allah menjadikan puasa sebagai amalan unggulan dalam hidup mereka.

Di antara mutiara hikmah tentang puasa, ada pesan indah dari seorang ulama besar yang masyhur di kalangan santri, yakni Syaikhina Maimoen Zubair rahimahullah, pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, dan juga guru dari murabbi kita, Abuya ahmadi Abdul Fattah. Dalam nasihatnya kepada para santri, beliau menjelaskan beberapa keutamaan puasa yang jika direnungkan, membuat hati semakin bergairah untuk memperbanyak puasa—baik wajib maupun sunnah.

Berikut ini adalah sembilan keutamaan puasa yang beliau sampaikan, disertai penjelasan singkat agar lebih mudah dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari...

1. الصيام نصف الصبر والصبر نصف الإيمان.

"Puasa adalah setengah dari sabar, dan sabar adalah setengah dari iman."

➡️ Puasa itu sebenarnya latihan sabar. Kita menahan lapar, haus, dan hawa nafsu. Sabar itu kunci besar dalam agama, karena tanpa sabar, sulit banget menjalankan iman. Nah, karena sabar adalah setengah dari iman, maka puasa pun ikut menjadi bagian besar dari keimanan kita.

2. لكل شيء زكاة وزكاة الجسد الصوم.

"Segala sesuatu ada zakatnya, dan zakat tubuh adalah puasa."

➡️ Zakat itu artinya penyucian. Seperti harta yang dizakati untuk membersihkan, tubuh pun punya caranya disucikan: yaitu dengan berpuasa. Jadi puasa bukan hanya ibadah batin, tapi juga cara membersihkan jasad dari kotoran lahir dan batin.

3. الصيام والقرآن يشفعان للعبد يوم القيامة.

"Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafaat pada seorang hamba di hari kiamat."

➡️ Bayangin, nanti di hari kiamat, puasa dan bacaan Qur’an kita bakal jadi ‘pembela’ yang ngomong di hadapan Allah, minta agar kita diampuni dan dimasukkan ke surga. Keren banget, kan?

4. من كل شيء باب وباب العبادة الصيام.

"Segala sesuatu ada pintunya, dan pintu ibadah adalah puasa."

➡️ Puasa itu seperti pintu gerbang menuju ibadah-ibadah lain. Ketika orang terbiasa puasa, dia biasanya lebih gampang rajin shalat, baca Qur’an, sedekah, dan lainnya. Karena puasa melatih hati dan diri untuk dekat pada Allah.

5. صوموا تصحوا.

"Berpuasalah, maka kalian akan sehat."

➡️ Ini singkat tapi padat. Puasa ternyata bukan cuma ibadah, tapi juga punya manfaat medis. Banyak ahli gizi dan dokter juga bilang kalau puasa itu bisa membersihkan sistem pencernaan, detoksifikasi tubuh, bahkan bikin umur lebih panjang. Islam duluan yang ngajarin ini!

6. من صام يوما في سبيل الله باعد الله وجهه عن النار سبعين خريفا.

"Barang siapa berpuasa sehari di jalan Allah, Allah akan menjauhkannya dari api neraka sejauh 70 tahun perjalanan."

➡️ Masya Allah… sehari saja puasa karena Allah (bukan karena diet ya 😄), Allah janjikan perlindungan sejauh 70 tahun dari neraka. Bayangin kalau sering-sering puasa sunnah, seberapa jauhnya kita dari siksa itu?

7. من صام يوما تطوعا لم يطلع عليه أحد لم يرض الله له بثواب دون الجنة.

"Barangsiapa berpuasa sunnah yang tidak diketahui orang lain, Allah tidak akan ridha untuknya pahala kecuali surga."

➡️ Ini tentang keikhlasan. Kalau kita puasa diam-diam, hanya antara kita dan Allah, tanpa pamer, Allah sangat menghargainya hingga balasannya bukan main-main: langsung surga!

8. صمت الصائم تسبيح، ونومه عبادة، ودعاؤه مستجاب، وعمله مضاعف.

"Diamnya orang puasa itu tasbih, tidurnya ibadah, doanya dikabulkan, dan amalnya dilipatgandakan."

➡️ Saat puasa, semua hal jadi bernilai ibadah. Bahkan diam dianggap dzikir, tidur dianggap ibadah, apalagi kalau berdoa—langsung mustajab. Belum lagi semua amal baik dikalikan pahalanya. Serba untung!

9. عليك بالصوم فإنه لا مثل له في الأجر.

"Lakukanlah puasa, karena tidak ada ibadah lain yang menyamai pahalanya."

➡️ Ini kayak penegasan terakhir. Kalau mau pahala paling tinggi dan luar biasa, ya puasa! Gak ada ibadah lain yang bisa menyaingi pahalanya, apalagi kalau dilakukan rutin dan ikhlas.

Kalau disimpulkan, puasa itu bukan sekadar menahan lapar. Tapi dia adalah ibadah yang:

•Menguatkan iman

•Menyucikan tubuh

•Menghadirkan syafaat di akhirat

•Membuka jalan ibadah lain

•Menyehatkan

•Menjauhkan dari neraka

•Mendekatkan ke surga

•Menjadikan semua aktivitas bernilai ibadah

•Memiliki pahala yang luar biasa

Masya Allah, pantas kalau para ulama dan wali banyak menjadikan puasa sebagai kebiasaan harian mereka.🌙✨

Oleh: Al-Kamali.

Sunday, April 27, 2025

Diwan Imam Haddad: Seni Bermuamalah dengan Hati


Yalla gamaah! Izaykua? Saat ini Indonesia tengah menghadapi pelbagai permasalahan sosial, salah satunya adalah rusaknya moralitas para pemimpin akibat keserakahan dan kecintaan berlebihan terhadap dunia. Dan Fenomena ini bukanlah sekadar persoalan sistem atau regulasi, tetapi lebih dalam lagi, ini menyangkut kondisi hati setiap individu. Ketika hati manusia masih dipenuhi dengan ketamakan, maka pelbagai penyimpangan akan terus terjadi.


Rasulullah  ﷺ mengajarkan bahwa, sumber utama dari kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia berakar pada hati. Beliau ﷺ bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

"Ketahuilah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Jika daging itu rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati." (HR. Bukhari dan Muslim).


Dari hadits diatas, dapat dipahami bahwa perbaikan kondisi bangsa bukan hanya soal kebijakan dan regulasi, tetapi lebih personal, yakni perbaikan hati setiap individu. Hati yang bersih akan menghasilkan pemimpin yang amanah, masyarakat yang jujur, dan lingkungan yang lebih baik.


Karena kebahagiaan sejati dalam hidup tidak diukur dari harta, jabatan, atau kekuasaan, tetapi dari kebersihan hati. Orang yang hatinya bersih akan selalu merasa cukup dan bahagia, apapun keadaannya. Sebagaimana maqolah yang disampaikan beliau Agus Aniq:

الرِّضَى مِفْتَاحُ كُلِّ سَعَادَةٍ

"Ridha adalah kunci segala kebahagiaan."


Hati yang ridha adalah hati yang menerima takdir Allah dengan lapang dada, tanpa keluhan dan protes. Namun, dalam mencapai kondisi hati yang ridha bukanlah perkara yang mudah. Diperlukan latihan dan kesungguhan dalam membersihkan hati dari penyakit-penyakit seperti iri, dengki, dan cinta dunia yang berlebihan.


Dalam salah satu syairnya, Imam Al-Haddad memberikan nasihat berharga tentang menghadapi kehidupan dengan ketenangan hati:

هَوِّنْ عَلَيْكَ نَائِبَ الدَّهْرِ يَهُنْ عَلَيْكَ كُلُّ مَا يَجْرِي

"Janganlah terlalu bersedih menghadapi ujian hidup, maka semua yang terjadi akan terasa ringan bagimu."


Allah juga telah menjanjikan bahwa setiap kesulitan pasti disertai dengan kemudahan:

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا

"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sungguh, bersama kesulitan ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah: 5-6).


Intinya, dalam menghadapi kehidupan, seorang mukmin membutuhkan dua hal utama, yaitu syukur dan sabar. Kemudian Beliau menegaskan kembali bahwa kehidupan ini penuh dengan ujian dan cobaan. Namun, dengan kesabaran dan keyakinan terhadap kelembutan Allah, semua masalah pasti akan menjadi ringan:

فَحُسْنُ الظَّنِّ بِمَوْلَاكَ فِي الْأَحْوَالِ مِنْ يُسْرٍ وَمِنْ عُسْرٍ

"Berbaik sangkalah kepada Tuhanmu dalam segala keadaan, baik dalam kemudahan maupun kesulitan."


Syukur dan sabar adalah dua hal yang saling melengkapi. Ketika mendapat nikmat, kita bersyukur agar nikmat itu bertambah dan berkah. Ketika mendapat ujian, kita bersabar karena Allah tidak akan membebani seseorang di luar batas kemampuannya:

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًۭا إِلَّا وُسْعَهَا

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah: 286).


Jika kita melihat fenomena di masyarakat, banyak orang merasa stres, cemas, dan kehilangan arah dalam hidup. Rutinitas yang melelahkan, ketidakpastian masa depan, serta berbagai persoalan kehidupan seringkali membuat hati manusia gelisah. Maka dari itu Rasulullah ﷺ senantiasa mewanti-wanti kita agar menjaga hati tetap bersih, karena itu kunci untuk menjalani hidup dengan tenang dan penuh keberkahan.


Salah satu cara terbaik untuk menjaga hati adalah dengan menghindari penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki, dan cinta dunia yang berlebihan. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

"Jauhilah sifat hasad (iri dengki), karena sesungguhnya hasad itu akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR. Abu Dawud).


Fokus pada Penilaian Allah, Bukan Manusia.Di zaman sekarang, banyak orang lebih peduli pada penampilan fisik dan bagaimana mereka terlihat di mata manusia, daripada menjaga hati agar tetap bersih di hadapan Allah. Padahal, Imam Al-Ghazali berkata:

إِنِّي رَأَيْتُ فِي الإِنْجِيلَ أَنَّ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ : (مِن سَاعَةِ يُوضَعُ الْمَيِّتُ عَلَى الْجَنَازَةِ  إِلَى أَنْ يُوضَعَ عَلَى شَفِيرِ الْقَبْرِ يَسْأَلُ اللَّهُ بِعَظَمَتِهِ مِنْهُ أَرْبَعِينَ سؤالاً، أَوَّلَهُ : يَقُولُ : عَبْدِي ... طَهَّرْتَ مَنْظَرَ الْخَلْقِ سِنِينَ وَمَا طَهَّرْتَ مَنْظَرِي سَاعَةٌ. وَكُلَّ يَوْمٍ يَنْظُرُ فِي قَلْبِكَ. يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: مَا تَصْنَعُ لِغَيْرِي وَأَنْتَ مَحْفُوفٌ بِخَيْرِي! أَمَا أَنْتَ أَصَمُّ لَا تَسْمَعُ!؟)

“Saya (Imam Ghazali) telah mengetahui dalam Kitab Injil yang telah diwahyukan kepada Nabi Isa as. sebagai berikut: "Sejak diletakkannya jenazah sampai dibaringkan di kubur, Allah bertanya 40 masalah kepada si mayit, yang pertama "Hai hambaku, kenapa kau sebegitu baguskan penampilanmu di hadapan sesama makhluk sedangkan kau tak pernah memperindah sedikitpun dari hatimu yang menjadi tempat pandanganku. Sementara tiap hari Allah memandang hatimu dan berkata "Kau beramal untuk selain Aku dan kau selalu diliputi kebaikan dariku! apa kau itu tuli?!" 


Dan juga sabda nabi ﷺ:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

"Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian." (HR. Muslim).


Wahyu ini menegaskan bahwa yang paling penting bukanlah seberapa kaya atau tinggi jabatan seseorang, tetapi bagaimana kondisi hatinya. Maka, sungguh ironis jika manusia berlomba-lomba memperindah tubuhnya, tetapi mengabaikan kebersihan hatinya.


Cara Membersihkan dan Menjaga Hati


Merawat hati memerlukan usaha yang terus-menerus. Hati manusia mudah berubah, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

يَا مُقَلِّبَ ٱلْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَىٰ دِينِكَ

"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu." (HR. Tirmidzi dan Ahmad).


Untuk menjaga hati tetap bersih dan kuat, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:


1. Menjaga makanan dan harta dari yang haram – Karena makanan haram dapat mengeraskan hati dan menghalangi doa.


2. Bersahabat dengan orang-orang saleh – Lingkungan yang baik akan membantu menjaga kebersihan hati.


3. Banyak berzikir dan membaca Al-Qur'an – Sebagaimana firman Allah:


الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ 

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah-lah hati akan selalu tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).


 Mahaguru Ulama Mazhab Syafi’i dari Al-Azhar Mesir, Syekh Abdul Aziz As-Syahawi, menyampaikan pesan penting tentang dzikir terbaik yang sepatutnya kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, dzikir yang paling utama adalah dengan melantunkan Al-Qur'an;


"(Saya) menekankan bahwasanya dzikir yang terbaik yang kita amalkan adalah (melantunkan) Al-Qur'anul Karim. Dzikir yang terbaik yang harus kita amalkan adalah Al-Qur'anul Karim."


4. Menghindari penyakit hati seperti iri, dengki, dan sombong – Karena penyakit-penyakit ini akan membuat hati menjadi gelap dan sulit menerima kebenaran.


Hati adalah muaranya. Manusia tidak akan melakukan pelanggaran jika ia menjadikan hatinya sebagai tempat untuk meminta pertimbangan, karena hati adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian Allah Memang hanya Allah yang mampu menjaga kualitas hati kita. Namun, sebagaimana kita sering berolahraga untuk menjaga kesehatan fisik, maka untuk menjaga kesehatan hati, kitapun memerlukan sebuah aksi, sebuah upaya yang benar benar nyata, istiqamah, dan penuh kesungguhan.


Dan syair Imam Al-Haddad ini mengajarkan cara bermuamalah dengan hati dalam menghadapi kehidupan. Beliau mengajarkan kita untuk menerima takdir dengan lapang, berbaik sangka kepada Allah, bersyukur, dan bersabar dalam menghadapi kesulitan. Selain itu, zuhud terhadap dunia juga menjadi bagian dari ketenangan hati.


‘Ala kulli hal semoga kita semua bisa mengamalkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hati kita selalu dalam keadaan tentram dan penuh keberkahan. Aamiin.


Oleh: Al-Kamali.


Monday, October 7, 2024

Meneladani Akhlak Rasulullah dan Membanggakan Beliau dalam Kehidupan Sehari-hari.



Di bulan Maulid ini, kita kembali diingatkan pada kehadiran sosok paling mulia dalam sejarah umat manusia, Nabi Muhammad ﷺ. Beliau diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, dengan membawa cahaya kebenaran dan akhlak yang luhur. Bagi kita sebagai umat Islam, peringatan Maulid Nabi bukan sekadar ritual tahunan, tetapi momentum untuk merenungi dan meneladani kehidupan Rasulullah ﷺ.


1. Meneladani Akhlak Rasulullah ﷺ

Rasulullah ﷺ adalah teladan yang sempurna dalam segala aspek kehidupan. Akhlak beliau begitu mulia hingga Allah SWT memujinya dalam Al-Qur'an:


وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ


"Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur."

Sebagai umatnya, kita harus berusaha meniru sifat-sifat beliau dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah ﷺ dikenal dengan sifat sabar, jujur, amanah, dan penuh kasih sayang kepada sesama. Mulailah dengan hal-hal kecil, seperti berkata jujur dalam setiap ucapan, bersikap sabar ketika menghadapi ujian, dan berbuat baik kepada orang-orang di sekitar kita. Dengan meneladani akhlak beliau, kita tidak hanya mengikuti jejak yang mulia, tetapi juga menunjukkan kepada dunia betapa indahnya ajaran Islam.


2. Dengan Memperbanyak Shalawat

Salah satu cara paling sederhana namun penuh berkah untuk mendekatkan diri kepada Rasulullah ﷺ adalah dengan memperbanyak shalawat. Allah SWT berfirman:


إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَـٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّۖ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا


"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."

Shalawat bukan hanya bentuk penghormatan kita kepada Rasulullah ﷺ, tetapi juga jalan untuk mendapatkan rahmat dan keberkahan dari Allah SWT. Setiap kali kita mengucapkan shalawat, Allah SWT akan melimpahkan rahmat kepada kita sepuluh kali lipat. Ini adalah salah satu cara kita menjaga hubungan spiritual dengan Rasulullah ﷺ, sekaligus menumbuhkan cinta yang mendalam kepada beliau.


3. Membanggakan Rasulullah ﷺ dalam Kehidupan Sehari-hari

Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga nama baik Rasulullah ﷺ dan ajaran yang beliau bawa. Cara terbaik untuk membanggakan beliau adalah dengan menjadi Muslim yang baik dalam setiap aspek kehidupan. Rasulullah ﷺ bersabda:


إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا


"Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya di antara kalian."

Marilah kita tunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah umat yang mencintai dan mengikuti jejak Rasulullah ﷺ dengan menjaga akhlak kita, memperlakukan sesama dengan baik, dan menyebarkan kedamaian serta kebaikan dimanapun kita berada.

Imam al-Ghazali dalam kitabnya "Ihya’ Ulumuddin" menegaskan bahwa mengikuti akhlak Rasulullah ﷺ adalah jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Beliau menekankan pentingnya niat yang ikhlas dalam meneladani Nabi ﷺ, karena niat yang benar akan membawa kita kepada kebaikan yang sesungguhnya.

Di bulan Maulid ini, marilah kita bertekad untuk semakin mendekatkan diri kepada Rasulullah ﷺ dengan meneladani akhlaknya, memperbanyak shalawat, dan menjadi umat yang mampu membanggakan beliau dalam setiap langkah kita. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan untuk mengikuti jejak beliau dan mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti. Amin. Ala kulli hal semoga dapat menambahkan mahabbah kita kepada Rasulullah ﷺ.


Oleh : Falah

Thursday, September 26, 2024

Cinta Yang Tak Bertepuk Sebelah Tangan


        Apakah kalian pernah mencintai seseorang? Apakah orang tersebut membalas cinta yang kalian berikan!? Dan Apakah kalian mendapat feedback dari apa yang kalian habiskan untuk kekasih anda selama ini!?

Kita itu harus sepantasnya bersyukur, kita hanya makhluk hina yang diciptakan oleh Allah untuk bertaqwa, Merasa diri ini belum pantas masuk surga, Merasa belum ada yang bisa diandalkan dari amal ibadah. Tapi Allah menciptakan sebuah makhluk yang sangat istimewa, Yang mencintai kita bahkan sebelum kita lahir,  Allah berfirman:  

 لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ 

( Telah datang kepada kalian seorang utusan ) Sifat nya seperti apa ya Allah?   

  عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ ( Berat baginya beban yang menimpa kalian ) QS. At-Taubah : 128.

Beban apa yang menimpa kita? Beban dosa lah yang memberatkan kita selama ini, Kita yang berbuat dosa, Tapi Rasulullah ﷺ lah yang berat hatinya. Dibalik semua yang tak kita sadari, Dibalik semua maksiat yang kita lakukan, Dibelakang kita ada Rasulullah ﷺ. 

Suatu hari, Nabi ﷺ sedang berbincang santai di rumahnya bersama istri beliau Sayyidah Aisyah. Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah menceritakan: "Ketika aku melihat Nabi ﷺ sedang bahagia, aku berkata, wahai Rasulullah, aku ingin engkau mendo’akanku".


اللهم اغفر لعائشة ما تقدم من ذنبها وما تأخر، ما أسرّت وما أعلنت 

Artinya: "Ya Allah, ampunilah 'Aisyah, seluruh dosanya yang lalu dan yang akan datang. Dosanya yang terlihat dan yang tersembunyi." 


Mendengar doa Nabi tersebut, Sayyidah Aisyah kemudian tersenyum bahagia. Saking senangnya, sampai-sampai ia menjatuhkan kepalanya di pangkuan Nabi ﷺ yang mulia. Rasulullah kemudian mengatakan: "Senangkah engkau dengan doaku tadi?" 


Sayyidah Aisyah menjawab: "Bagaimana mungkin aku tidak gembira dengan doamu Ya Rasulullah?" 

Nabi ﷺ meneruskan:

 والله، إنها لدعائي لأمتي في كل صلاة 

"Demi Allah, itulah doaku untuk umatku setiap sholat." (HR Ibnu Hibban)

Bagaimana? Apakah kalian belum puas? Apakah kalian akan terus bermaksiat, dan Membuat Rasulullah menanggung dosa yang kalian rasakan untuk selamanya?

Banyak sekali cara untuk bisa dekat dengan Rasulullah ﷺ, Maulidan, Menghadiri Majlis Ta’lim, Melakukan apa yang disukai oleh Rasulullah ﷺ, dll. Maka dari itu, mulai sekarang latihlah diri kita ini untuk membalas cinta Rasulullah, dengan cara mengurangi maksiat kepada Allah, dan Juga selalu patuh apa yang diperintahkan-Nya. Sekian.


Oleh : Supari




Monday, September 23, 2024

Rangkuman Ngaji Kitab At Tibyan 01



 Kitab : At Tibyan 

Pengarang : Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi

Cetakan         : Al Haromain

Halaman         : 5

Dikutip dari kajian kitab At Tibyan  pada tanggal  13 Agustus 2024 di pondok pesantren Al-Fattah Kudus oleh beliau Abuya Ahmadi Abdul Fattah, Lc., MA.

Selengkapnya bisa dilihat disini : KLIK DISINI


  • Syaikh Nawawi mengawali kitabnya dengan bacaan basmalah karena mengikuti hadits yang berbunyi “كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِـ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ” Artinya: “Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan ‘bismillahirrahmanir rahiim’, amalan tersebut terputus berkahnya.”.

  • Syaikh menurut bahasa adalah orang yang umurnya sudah 40 tahun / lebih, walaupun orang tersebut orang kafir.

Tapi menurut ‘urf (pandangan orang umum) syaikh adalah orang mempunyai ilmu tinggi dan fadhilahnya walaupun orang tersebut masih muda.

  • Orang yang wari’ (wira’i) adalah orang yang selalu hati-hati dalam mengamalkan syariat islam termasuk hal-hal yang samar / syubhat, contoh: televisi. Tapi hal ini tergantung orang yang menggunakan, jika digunakan untuk hal yang baik maka akan mendapat kebaikan, tapi jika digunakan untuk suatu hal yang buruk maka sebaliknya. 

  • Orang yang zuhud adalah orang yang hatinya tidak bergantung kepada dunia walaupun dirinya mempunyai harta yang sangat berlimpah.

  • Macam-macam pujian itu ada 4:

  1. Puji qadim ala qadim (Pujian Allah terhadap dirinya sendiri), seperti firman Allah وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ “Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat”.

  2. Puji qadim ala hadits (Pujian Allah terhadap makhluknya), seperti Allah memuji nabi Muhammad وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ “Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

  3. Puji hadits ala qadim (Pujian makhluk terhadap Allah) seperti doanya nabi Ibrahim ketika selesai membangun ka’bah رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

  4. Puji hadits ala hadits (Pujian makhluk terhadap makhluk), seperti sabda nabi أنا مدينة العلم وعلي بابها “Saya adalah kota ilmu dan Ali pintunya”. 

  • Allah memiliki sifat Al Mannan yang artinya maha pemberi anugerah, yang mana semua makhluk yang hidup diberi rezeki tanpa terkecuali baik yang islam maupun kafir.

  • Iman merupakan kunci untuk masuk surga sebab Rasulullah pernah bersabda “La tadkhulul jannata hatta tu'minu wala tu'minu hatta tuhibbu”. Artinya : (Tidak masuk surga sehingga engkau beriman tidak engkau beriman sehingga berkasih sayang.).

  • Perbedaan Habib dan Kholil 

  1. Habib : Kekasih Allah yang mana tidak memohon saja dikasih

  2. Kholil : Kekasih Allah yang mana memohon dulu kepada Allah baru dikasih.

  • Semakin Al Qur’an sering dibaca maka tidak akan bosan, La yumallu sama'uhu. Dan ketika ada orang yang mau menghafal Allah juga akan mempermudahnya seperti firman Allah : وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْاٰنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ “Sungguh, Kami benar-benar telah memudahkan Al-Qur’an sebagai pelajaran. Adakah orang yang mau mengambil pelajaran?.