Sayyidina Usman bin Affan, salah satu sahabat terkemuka dan yang ketiga dari empat Khulafaur Rasyidin, yang masa kepemimpinannya adalah yang terlama. Beliau adalah satu-satunya manusia yang menikahi dua putri dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Karena hal inilah, beliau dijuluki "Dzun Nurain" (Sang Pemilik Dua Cahaya). Selain itu, beliau juga memiliki beberapa julukan lain, seperti Abu Amr pada masa Jahiliyah dan Abu Abdullah setelah memeluk Islam. Ada juga yang memanggilnya Abu Laila karena kelembutan hatinya.
Sayyidina Usman lahir enam tahun setelah Tahun Gajah dari Bani Umayyah, klan yang kaya dan terpandang di Mekah. Nasabnya sangat mulia dan bersinggungan langsung dengan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, karena neneknya, Ummu Hakim Al Baidah binti Abdul Muththalib, adalah bibi kandung Nabi. Dari segi fisik, beliau digambarkan memiliki postur sedang, berambut lebat, tampan, dan berkulit kecoklatan.
Sifat dan Kepribadian yang Mulia
Meski terlahir dalam kemewahan, Sayyidina Usman adalah pribadi yang sederhana, cerdas, jujur, dan sangat saleh. Beliau dikenal memiliki sifat pemalu yang luar biasa. Konon, saking pemalunya, beliau selalu mematikan lampu saat mandi agar tidak melihat kemaluannya sendiri.
Sifat malunya ini disaksikan langsung oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sebuah kisah menceritakan bahwa suatu kali Nabi sedang duduk santai bersama Abu Bakar dan Umar bin Khattab dengan pakaian yang sedikit tersingkap. Namun, begitu Sayyidina Usman datang dan meminta izin untuk masuk, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam langsung duduk tegak dan merapikan pakaiannya. Saat Sayyidah Aisyah bertanya mengapa Nabi berbuat demikian, Nabi menjawab, "Tidakkah aku merasa malu kepada seseorang yang para malaikat pun malu kepadanya?" Ini menunjukkan betapa mulianya akhlak dan sifat pemalu Sayyidina Usman di mata Allah dan para malaikat.
Masuk Islam dan Kedermawanan Luar Biasa
Setelah kembali dari perjalanan bisnisnya ke Suriah, Sayyidina Usman mendengar kabar tentang ajaran baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dari sahabatnya, Abu Bakar. Tanpa ragu, beliau langsung memeluk Islam dan menjadi salah satu dari golongan as-sabiqun al-awwalun (orang-orang yang pertama kali memeluk Islam).
Keimanannya tidak hanya ditunjukkan dengan lisan, tetapi juga dengan harta. Beliau tidak pernah ragu mengeluarkan hartanya demi kepentingan dakwah. Beberapa contoh kedermawanannya yang monumental adalah:
• Perang Tabuk: Ketika kaum Muslimin mengalami kesulitan dana untuk mempersiapkan 30.000 pasukan, Sayyidina Usman tampil sebagai pahlawan. Beliau menyumbangkan 1.000 dinar (koin emas), 900 ekor kuda perang, dan 10 ekor unta. Melihat sumbangan yang begitu besar, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada yang bisa menghalangi Sayyidina Usman masuk surga setelah apa yang dia lakukan hari ini."
• Perluasan Masjid Nabawi: Beliau membeli sebidang tanah milik seorang Yahudi seharga 25.000 dirham untuk memperluas Masjid Nabawi. Kedermawanan ini juga berlanjut saat ia membeli tanah untuk perluasan Masjidil Haram di Mekah seharga 10.000 dirham.
• Sumur Rumah: Di Madinah, hanya ada satu sumur air tawar yang dimiliki oleh seorang Yahudi. Melihat kesulitan kaum Muslimin, Sayyidina Usman membeli sumur tersebut seharga 12.000 dirham. Kemudian, sumur tersebut beliau wakafkan agar seluruh umat Islam dapat mengambil air secara gratis. Sumur ini masih ada hingga kini dan dikelola oleh pemerintah Arab Saudi. Bahkan, hasil dari kebun kurma yang juga diwakafkan oleh Sayyidina Usman terus dipanen dan disedekahkan atas namanya.
Masa Kekhalifahan dan Akhir Hayat yang Syahid
Setelah wafatnya Khalifah Umar bin Khattab, Sayyidina Usman terpilih sebagai khalifah ketiga. Masa kepemimpinannya membawa banyak kemajuan, seperti:
•Penyatuan dan penyempurnaan mushaf Al-Qur'an.
•Pembentukan lembaga keamanan (polisi) dan mahkamah (pengadilan)
•Pendirian armada maritim pertama dalam sejarah Islam.
Namun, di akhir kekhalifahannya, beliau diuji dengan fitnah besar yang disebarkan oleh Abdullah bin Saba', seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam. Fitnah ini menciptakan perpecahan dan menyebabkan pemberontakan. Puncaknya, rumah Sayyidina Usman dikepung oleh para pemberontak selama 40 hari. Meskipun memiliki kekuatan untuk melawan, beliau menolak menumpahkan darah kaum Muslimin. Beliau memilih untuk tidak membela diri, bahkan saat para sahabatnya menawarkan perlindungan.
Pada akhirnya, Sayyidina Usman bin Affan wafat dalam keadaan syahid pada usia 82 tahun. Beliau dibunuh oleh para pemberontak ketika sedang khusyuk membaca Al-Qur'an, yang darahnya mengalir dan membasahi lembaran suci tersebut. Kisah hidupnya adalah teladan tentang kedermawanan, kesabaran, dan pengorbanan yang tak tergantikan.
Oleh : Tim Litbang.
0 comments: