Orang-orang sering bilang kebaikan itu punya wajah.
Katanya: lembut, ramah, sopan, dan murah senyum.
Seolah-olah pertolongan hanya lahir dari orang yang rapi dan terlihat benar.
Padahal kenyataannya tidak seindah brosur motivasi.
Hidup suka datang dengan kejutan yang tidak lucu:
saat kamu jatuh, orang yang kamu kira akan mengangkatmu
hanya menatap sebentar, lalu pergi.
Bukan karena mereka tidak bisa menolong,
tapi karena mereka memang tidak pernah berniat menolong dari awal.
Dan ironisnya, orang yang kamu remehkan,
yang caranya bicara kasar, penampilannya berantakan,
atau masa lalunya gelap
justru muncul saat kamu benar-benar butuh tangan.
Tanpa banyak kata, tanpa pamrih, tanpa drama.
“Halo, bangun. Jangan tenggelam di situ.”
Dari situ kita sadar satu hal yang sering terlambat dipahami:
yang terlihat paling baik belum tentu punya hati,
dan yang terlihat paling buruk belum tentu kehilangan nurani.
Kadang orang yang tampak suci hanya ahli menutupi kekosongan,
sementara orang yang tampak gelap justru menyimpan keikhlasan
yang tidak pernah mereka hias.
Itulah sebabnya kita tidak boleh sibuk menilai bungkus,
karena isi selalu mengungkapkan siapa seseorang sebenarnya.
Pertolongan tidak selalu datang dari kata-kata manis
atau senyum yang dibuat-buat.
Kadang ia datang dari seseorang
yang tidak kamu harapkan sama sekali
yang hatinya besar, tetapi hidupnya terlalu keras
untuk memoles citra.
Pada akhirnya, kebaikan bukan milik mereka yang terlihat putih,
tapi milik siapa saja yang tetap hadir
saat dunia terasa paling gelap.
Dan kalau dipikir-pikir,
hidup memang sengaja dibuat begitu
supaya kita berhenti percaya bahwa penampilan adalah nilai.
Karena kalau semua berjalan persis sesuai harapan,
kita tidak pernah belajar apa-apa.
Oleh : Rizqi


0 comments: