Friday, August 15, 2025

Kunjungan Al Habib Hasyim bin Abdrurrahman Alaydrus (Pengasuh Ma’had Al Budur Fii ‘Uluumil Qur’an Tarim, Yaman)

    Selasa, 12 Agustus 2025, Al Habib Hasyim bin Abdrurrahman Alaydrus (pengasuh Ma’had Al Budur Fii ‘Uluumil Qur’an Tarim, Yaman) dengan anugerah Allah dapat mengunjungi Pondok Pesantren Putra Al Fattah Kudus.

    Habib Dr. Hasyim bin Abdurrahman Al-Idrus adalah seorang ulama yang berasal dari Tarim, Hadramaut. Beliau menempuh pendidikan di berbagai tempat, dimulai dari berguru kepada Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar di Baidha’, yang juga merupakan guru dari Habib Umar bin Hafidz, menjadikan beliau berdua berada dalam satu perguruan. Setelah itu, beliau melanjutkan pendalaman ilmunya di Darul Mustofa yang dipimpin oleh Habib Umar bin Hafidz.

    Beliau melanjutkan pendidikan ke Mesir, di mana beliau meraih gelar sarjana dan magister di Universitas Al-Azhar Asy-Syarif dengan fokus pada tafsir dan ilmu Al-Qur’an. Di sana, beliau juga mendapatkan sanad qira’ah ‘asyrah sughra dan kubra serta berbagai ijazah kitab. Studi doktoral beliau selesaikan di Universitas Az-Zaitunah, Tunisia, di bidang ilmu Al-Qur’an, dengan mengulang program magister di jurusan yang sama, dan beliau lulus dengan predikat mumtaz ma’a martabah syaraf (sempurna dengan sangat mulia). Beliau juga pewaris sanad Al-Qur’an urutan ke-29 dari Rasulullah ﷺ.

Jabatan:

1. Pendiri dan pengasuh Ma’had Al Budur Fii ‘Uluumil Qur’an Tarim, Yaman.

2. Pendiri dan pemimpin Qismut Tahfidz Qur’an di Ma’had Darul Musthofa Tarim, Yaman.

3. Ketua dan pembina Halaqah Qira’ah Sab’ah, ‘Asyrah Sughra Kubra di Ribath Ilmi Asy-Syarif Seiwun, Yaman. (1435 H).

4. Ketua Qismut Tafsir wa ‘Ulumil Qur’an di Universitas Al-Wasathiyyah Asy-Syar’iyyah Hadramaut, Yaman.

5. Anggota Majlis Ifta’ di Ribath Ilmi Asy-Syarif Seiwun dan Darul Faqih Tarim, Yaman.

Dalam tausiyahnya, Al Habib Hasyim menjelaskan beberapa poin utama:

1. Fath dan Al-Qur’an

    Beliau menjelaskan bahwa nama pondok kita – Al Fattah – berasal dari shigat mubalaghah (lafal yang menunjukkan makna hiperbola). Demikian juga merujuk pada asma Allah Al-Fattah yang berarti “Maha Pembuka,” yang banyak membukakan pintu-pintu kebaikan. Beliau menekankan bahwa cara terbaik untuk mendapatkan futuh atau pembukaan dari Allah adalah melalui Al-Qur’an.

    Fath ini bisa terwujud dalam bentuk pemahaman ilmu yang mudah, kelancaran dalam menghafal Al-Qur’an, dan ketenangan hati. Beliau memberikan contoh dari Al-Qur’an surah ke-48, yaitu surah Al-Fath yang bermakna kemenangan. Surah ini turun saat terjadi Perjanjian Hudaibiyah yang menjadi jalan bagi Allah untuk menganugerahkan kemenangan bagi umat Islam.

    Intinya, dibalik semua kejadian Perjanjian Hudaibiyah, hikmah yang dapat kita ambil adalah bahwa fath atau kemenangan akan turun ketika kita bersabar, karena pertolongan Allah berada bukan pada masa-masa senang dan santai kita, melainkan di masa-masa sulit.

    Sehingga, kalau kalian saat ini belajar dalam masa yang sulit, jauh dari orang tua, makannya sedikit, atau bahkan tidak ada makan, ya sabar. Karena orang yang sabar menghadapi kesulitan seperti itu dalam masa belajarnya, Allah akan memberikan dia futuh, Allah akan memberikan pembukaan terhadap ilmu-ilmunya. Tetapi kalau pekerjaannya tidur–makan, tidur–makan, ya dari mana mau di-futuh?

    Jadi, futuh juga dimulai dari diri sendiri. Di sini beliau juga mengajarkan bahwa ketika engkau berada dalam kesulitanmu, barangkali itu jalan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memberikan kepadamu futuh tersebut.

    Dan jika Allah sudah membukakan seseorang lewat Al-Qur’an, maka ia akan diberi pemahaman yang tiada batasnya, seperti halnya lautan yang tak bertepi. Adapun ilmu-ilmu yang lain diibaratkan sungai-sungainya.

    Setiap kita banyak membaca Al-Qur’an, Allah akan memberikan pemahaman yang baru, dan semakin banyak serta semakin sering mengulang Al-Qur’an, maka semakin besar pula pemberian Allah. Seperti yang dikatakan Al-Imam Asy-Syatibi:

وَإِنَّ كِتَابَ اللهِ أَوْثَقُ شَافِعٍ … وَأَغْنَى غَنَاءٍ وَاهِباً مُتَفَضِّلَا

“Dan sesungguhnya Kitab Allah (Al-Qur’an) adalah pemberi syafaat (penolong) yang paling kuat, dan merupakan harta karun pemberian yang tak akan ada habisnya dalam memberi kekayaan dan karunia.”

    Bagaimana ciri-ciri kita -orang Indonesia- memperoleh futuh yang kesehariannya tidak berbahasa Arab? Yaitu, pertama, kita mendapat ketenangan hati dan kenyamanan ketika membaca serta mengulang-ulangnya tanpa ada rasa bosan. Kemudian, tingkat kedua adalah memperoleh pemahaman maknanya.


2. Keutamaan Ahlul Qur’an

    Habib Hasyim menyebutkan bahwa orang yang menjadi Ahlul Qur’an memiliki kedudukan yang sangat mulia, bahkan disebut sebagai keluarga Allah. Kedudukan ini lebih agung daripada garis keturunan mana pun.

    Al-Qur’an, menurut beliau, adalah warisan dari Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih. Warisan Allah ini berbeda dari yang lain, karena semakin banyak seseorang membaca atau menghafal, semakin banyak pula warisan spiritual yang didapatnya. Maka ambillah warisan ini dengan sebaik-baiknya.

    Dan nasihat beliau kepada kita semua adalah:

عَظِّمُوا الْقُرْآنَ وَعَظِّمُوا أَهْلَ الْقُرْآنِ

“Agungkanlah (dengan penuh penghormatan) Al-Qur’an, begitu juga kepada guru-guru kita.”


3. Adab kepada Guru

    Poin terakhir yang ditekankan adalah adab atau etika kepada guru. Beliau menyampaikan bahwa guru lebih mulia dari ayah kandung karena guru membimbing ruh menuju Allah, sementara ayah hanya memelihara jasad.

    Berbakti kepada guru dianggap sebagai bagian dari berbakti kepada orang tua. Bentuk penghormatan utama adalah dengan menuruti perintah, mendoakan, dan menjaga adab.

    Habib Hasyim juga menyampaikan bahwa beradab kepada guru akan membuahkan hasil di mana murid-murid kita di masa depan juga akan beradab baik kepada kita. Sebagaimana jika kita berbakti kepada kedua orang tua, kelak anak-anak kita juga akan berbakti kepada kita.


Oleh : Tim Litbang.

Friday, July 25, 2025

Ringkasan Mauidhoh Abah KH. Aniq Muhammad Makki, B. Sc., MA. Pada Acara Haul Mbah Panggung

Allah itu menyebarkan dan barakahnya kepada orang-orang mulia, khususnya para wali. Rahmat dan barakah yang Allah titipkan kepada para wali itu bukan hanya ketika para wali itu masih hidup, bahkan ba‘da al-wafat pun itu masih bisa diambil barakahnya. Dijelaskan di dalam kitabnya Syaikh Ihsan Jampes yaitu kitab 'سِرَاجُ ٱلطَّالِبِينَ عَلَىٰ مِنْهَاجِ ٱلْعَابِدِينَ', beliau menukil kalam Syaikh Ahmad Zaini Dahlan:

.قَدْ صَرَّحَ كَثِيرٌ مِنَ الْعَارِفِينَ أَنَّ الْوَلِيَّ بَعْدَ وَفَاتِهِ تَتَعَلَّقُ رُوحُهُ بِمُرِيدِيهِ، فَيَحْصُلُ لَهُم بِبَرَكَتِهِ أَنْوَارٌ وَفُيُوضَاتٌ

"Orang-orang yang sudah mencapai maqām ma‘rifat terhadap Allah itu berkata: para wali itu ketika sudah wafat justru ikatan batinnya terhadap murid-muridnya itu lebih kuat daripada ketika beliau-beliau masih hidup."

Maka tidak aneh, sering terjadi seorang kiai, seorang wali yang sudah wafat, kemudian nurnya atau berkah bisa dirasakan oleh murid-murid beliau. Di dalam kalamnya Al-Imam ‘Abdullah bin ‘Alawi al-Ḥaddad, beliau dengan jelas berkata demikian:

.ٱلْوَلِيُّ يَكُونُ إعْتِنَاؤُهُ بِقَرَابَتِهِ وَاللَّائِذِينَ بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ أَكْثَرَ مِنِ ٱعْتِنَائِهِ بِهِمْ فِي حَيَاتِهِ

Artinya: para wali itu ketika sudah meninggal, justru perhatian mereka atau didikan mereka dari alam barzakh lebih kuat daripada ketika beliau-beliau masih hidup di dunia. Kenapa? Karena:

.لِأَنَّهُ كَانَ فِي حَيَاتِهِ مَشْغُولًا بِٱلتَّكْلِيفِ، وَبَعْدَ مَوْتِهِ طُرِحَ عَنْهُ ٱلْأَعْبَاءُ وَتَجَرَّدَ

Para wali-wali itu ketika masih hidup, kesibukan dunia mereka banyak, apalagi ruhnya masih nyambung dengan jasad, maka jarang sekali ada cerita wali itu bisa berada di beberapa tempat dalam satu waktu tidak semua orang.

Maka justru perhatian beliau-beliau kepada kita, ketika masih hidup tidak terlalu banyak. Namun setelah wafat, seperti yang dijelaskan Al-Imam ‘Abdullah bin ‘Alawi al-Ḥaddad, justru mereka terlepas dari basyariyahnya, terlepas dari sifat dunianya, akhirnya perhatian dari alam barzakh itu malah lebih kuat. Maka tidak aneh karena kita golongan Ahlussunnah wal Jama‘ah, terkhusus golongan Nahdlatul ‘Ulama’, itu sangat ditekankan untuk berziarah kubur. Karena kita semua ber‘itiqad, yakin bahwasanya para wali itu belum wafat, hanya jasadnya saja yang meninggal, namun ruhaniyahnya selalu membersamai kita, ruhaniyahnya masih mendidik kita semua.

Pada akhirnya banyak sekali orang-orang setelah melaksanakan ziarah kubur merasa hajat-hajatnya terkabul dan urusan-urusannya dipermudah. Namun apakah kita tega menempatkan para wali dan para ulama yang sudah wafat hanya sebatas di maqam (baca : kedudukan) sebagai perantara pengabul doa kita (yang kita tawassuli) saja? 

Jika kita mengingat hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

.كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ أَلَا فَزُورُوهَا

Hadis Nabi melalui riwayat Muslim, beliau berkata: "Dulu aku pernah melarang kalian semua untuk ziarah kubur, namun sekarang berziarahlah."

Terusan hadis yang diriwayatkan Imam at-Tirmizi:

.فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ ٱلْآخِرَةَ

Kenapa Nabi memerintahkan untuk ziarah kubur? Karena ziarah kubur itu mengingatkan kita terhadap akhirat. Kemudian, ziarah yang seperti apa yang bisa mengingatkan kita terhadap akhirat? Di dalam kitab أَفْصَحُ الِّسَان dijawab:

Ziarah yang bisa mengingatkan kita ke akhirat itu tergantung kondisi sahib al-maqbarah (kondisi orang yang diziarahi), karena orang yang diziarahi ini ada kemungkinan tiga macam golongan.

1. Yang pertama: ziarah kepada orang-orang yang terkenal kejelekannya, orang-orang ahli maksiat, tidak shalih sama sekali. Lalu mengapa diziarahi? Karena:

.فَالْحَوْلِيَّةُ أَوْ فَالزِّيَارَةُ لِهَذِهِ الْأَشْخَاصِ تَتَضَمَّنُ مَعْنَى التَّرْهِيبِ

Ziarah ke orang-orang jelek itu ada maknanya, yaitu kita harus hati-hati, jangan sampai mati kita dalam keadaan jelek seperti sahib al-maqbarah, atau bermakna hati-hati jangan sampai suul khatimah seperti orang itu.

2. Kemudian yang kedua: adalah orang-orang yang shalih. Jika ziarah kepada orang-orang shalih, para wali, ini maknanya bukan الترهيب (at-tarhīb) tapi الترغيب (at-targhīb), yaitu kita berziarah namun di situ harus ada makna: kita terdorong untuk melakukan amal-amal shalih. Setelah kita berziarah, “gimana ya caranya bisa sholeh seperti ṣāḥib al-maqbarah, gimana caranya kita bisa ‘ālim seperti ṣāḥib al-maqbarah?” Sehingga ketika kita ziarah ke para wali, keluar-keluar kita bisa tambah kebaikan, iman, dan takwanya.

3. Yang terakhir: ketika yang diziarahi yaitu orang-orang yang bukan hanya sekadar shalih namun maqamnya sudah maqam para nabi, para rasul, dan para sahabat. Orang-orang seperti ini, ketika kita ziarahi, harus kita ingat terhadap manaqib atau sejarahnya. karena rata-rata para wali, kepada kematian itu justru merindukan. Seperti yang dikatakan Al-Imam ‘Ali bin Muḥammad bin Husein al-Habsyi di dalam salah satu qasidahnya:

إِذَا عَلِمَ الْعُشَّاقُ دَاءِي فَقُلْ لَهُمْ

فَإِنَّ لِقَائِِ أَحْبَابِ قَلْبِ دَوَاؤُهُ

“Ketika kamu dan orang-orang yang rindu itu tahu penyakitku itu apa hanya satu, yaitu bertemu dengan kekasih hatiku, yaitu Nabi Muḥammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Yang dimaksud di sini adalah bukan hanya bertemu Nabi di Madinah saja, namun bisa bersama beliau di satu alam, yaitu alam barzakh.

Cerita seperti ini banyak sekali. Salah satunya adalah kisah Sayyiduna Bilal ketika mendekati ajalnya. Didalam kitab 'Siyar A‘lam an-Nubala’ Juz 1 halaman hal 359 Al-Imam Syamsuddin az-Zahabi menjelaskan:

قَالَ سَعِيْدُ بنُ عَبْدِ العَزِيْزِ: لَمَّا احْتُضِرَ بِلاَلٌ قَالَ: غَداً نَلْقَى الأَحِبَّهْ ... مُحَمَّداً وَحِزْبَهْ قَالَ: تَقُوْلُ امْرَأَتُهُ: وَاوَيْلاَهُ. فَقَالَ: وَافَرَحَاهُ.

Menjelang ajal beliau sayyiduna Bilal terbaring di atas tempat tidur dan berkata : “Besok aku akan bertemu dengan para kekasihku... Nabi Muhammad dan sahabat-sahabat beliau.”

Sementara istri Sayyiduna bilal duduk disamping beliau seraya menjawab : "Wahai musibah besar ini!" atau "Aduh celaka, suamiku akan pergi!"

Namun Sayyiduna Bilal tidak ikut dalam kesedihan itu. Justru beliau membalas dengan penuh kebahagiaan : "Wahai, betapa bahagianya ini!"

Ketika ziarah kepada orang seperti ini, maka mati bukan menjadi sebuah momok besar atau hal yang menakutkan, akan tetapi kematian menjadi awal dari perjumpaan yang sudah lama dirindukan. Yang berada dibenak bukanlah beratnya siksa dan hisab yang akan diperhitungkan, namun betapa besar nikmat dan karunia yang akan diterima di alam barzakh.

Closing statement dari pembahasan di atas: sekarang tinggal diri kita masing-masing. Apakah kematian kita nanti itu berujung baik atau buruk wallāhu a‘lam itu semua tergantung amal kita masing-masing. Apakah kita termasuk golongan orang yang pertama ataukah orang yang kedua?

Maka kita harus bisa meniru untuk meraih tingkat ketakwaan dan tingkat keshalihan para orang-orang yang diziarahi para wali Allah sehingga kita tidak di tingkat orang-orang yang jelek, tapi di tingkat orang-orang yang shalih, sehingga berkumpul bersama dengan para nabi, siddiqin, syuhada, dan salihin. Aamiin. Wallahu A'lamu Bishowab.

Kudus, 27 Muharrom 1447 H. 


Oleh: Tim Litbang

Tuesday, February 20, 2024

Dokumentasi Acara LPJ Kepengurusan lama dan Raker Kepengurusan Baru

    



    Alhamdulillah pada hari Selasa, 13 Februari 2024 M / 3 Sya’ban 1445 H. Pondok Al Fattah mengadakan rapat LPJ kepengurusan lama dan raker (rapat kerja) kepengurusan baru. Diadakannya acara LPJ tersebut adalah sebagai tolok ukur kepengurusan lama dalam menjalankan tugas dan amanah kepengurusan, serta sebagai bahan perbaikan dan peningkatan operasional di masa yang akan datang. 
    Pada sidang tersebut dihadiri oleh K.H. Aniq Muhammad Makki, B.Sc. MA. dewan mudabbir, pengurus, serta santri Al Fattah. Pada acara tersebut K.H. Aniq Muhammad Makki, B.Sc. MA. mengingatkan untuk  senantiasa memperbaiki kualitas diri dengan saling menjunjung kebersamaan kepengurusan, serta  beliau berpesan untuk senantiasa meningkatkan rasa khidmah dan mahabbah dalam menjalankan setiap amanah kepengurusan, terutama bagi kepengurusan selanjutnya.
    Kemudian setelah LPJ dilaksanakan, selanjutnya adalah pembacaan SKB (Surat Keputusan Bersama) dan pembaiatan pengurus baru masa khidmah 1445 - 1446 H / 2024- 2025 M. oleh beliau K.H. Aniq Muhammad Makki, B.Sc. MA. Dilanjut penyerahan kenang - kenangan oleh ketua pondok lama kepada ketua pondok baru.



Adapun susunan pengurus baru masa khidmah 1445 - 1446 H / 2024 - 2025 M. sebagai berikut :

    • KETUA : Haydarr Alwy

    • SEKRETARIS : Firdan Ziyadul Akhyaril Mustofa

      Muhammad Abid Yakhsyallah  (Pembimbing)

    • BENDAHARA: Harun Kamil Muhammad Wahid

      Rafi Muhammad Ariq (Pembimbing)

    • PENDIDIKAN: Muhammad Nabil An-Nadawi (Koordinator)

      Muhammad Nifal Fahmi

      Muhammad Mahbub Seva

      Muhammad Rafly  (Pembimbing)

    • KEAMANAN : Ahmad Khasan Nasirin (Koordinator)

      Muhammad Syarif Hidayatullah

                              Bagas Adriansyah  (Pembimbing)

    • HUMAS : Ahmad Faaza Muzakky (Koordinator)

      Muhammad Nasywa Firlani

      Muhammad Khoirun Nizam

      Muhammad Faishol Ashlah

      Ahmad Ulin Wildan Hudaya Rohmanan Naja  (Pembimbing)

        Widi Azan Rifai  (Pembimbing)

    • KESEHATAN : Mughni Al-Labib (Koordinator)

        Rizqi Dzikrullah Raihan Anwar

       Muhammad Fardan Abid  (Pembimbing)

    • LITBANG : Alifya Khoirul Ibadi (Koordinator)

      Rois Shofil Mubarok

                              Muhammad Iqbal Khauri  (Pembimbing)

      Muhammad Yusrul Falah  (Pembimbing)

    • KEBERSIHAN: Rakha Adyatama (Koordinator)

      Dwi Amar Abdillah

      Muhammad Zacky Al Faruq

                              Moh Najibul Faiz  (Pembimbing)

     

Setelah pembaiatan kepengurusan baru, dilanjut rapat kerja dengan membahas progja-progja dari setiap kepengurusan untuk rencana kedepannya. Semoga kepengurusan tahun ini dapat mengemban tugas dan amanah lebih baik, dan khidmahnya bisa menjadi jalan untuk mahabbah kepada Allah dan Rasulullah. Aamiin…

Wednesday, September 20, 2023

Ijazah Sholawat dari Gus e

Tadi malam, tepatnya malam Rabu Wage hari Selasa Pon, 4 Robi’ul Awwal 1445 H. / 19 September M. Kami santri-santri Pondok Pesantren Putra Al Fattah Kudus mendapat ijazah sholawat dari guru kami KH. Aniq Muhammad Makki, B. Sc, MA. Yaitu berupa sholawat yang dikarang oleh beliau sendiri ketika masih berada di Sampit, Kalimantan. 


بِسمِ الله الرَحمٰن الرَحيم اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، صَلَاةً تَجْعَلُنَا دائماً أبداً سَرْمَدًا فِي خِدْمَةِ رَسُولِ اللَّهِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِالله, وَتَجْعَلُنَا قُرَّةَ عَيْن في قلبه، وتَزِيدُ مَحبَّتَنَا لَهُ وَمَحَبَّهُ لَنَا ، وَعَلَى آلهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِك وَسَلّمْ


Artinya : “Ya Allah limpahkan lah rahmat ta'dzim, keberkahabn, dan keselamatanmu  kepada junjungan kita Sayyidina Muhammad, keluarga beliau, dan para shohabat.

Yang mana ketika kami membaca sholawat ini, bisa melayani Rosulillah Muhammad Bin Abdillah selama-lamanya. Dan berkat sholawat ini Rasulullah menjadi senang terhadap kita. Dan berkat sholawat ini juga semoga cinta kita kepada Rasulullah menjadi tambah dan menjadi tambah pula cinta Rasulullah terhadap kita. “


Beliau membuat sholawat ini ketika proses pembuatan kitab نفحة الفجرية. Tujuan dibuatnya sholawat ini karena beliau ingin khidmah kepada Rasulullah, ingin dekat membersamai Rasulullah. Sedangkan kalau dipikir kembali kita tidak bisa dekat-dekat dengan Rasulullah hanya dengan mengandalkan sholawat kita sendiri. Kita pasti kalah dengan salafush Shalih yang membaca sholawat sampai ratusan ribu bahkan jutaan. Apalah daya diri kita yang masih malas untuk beribadah. Cara satu-satunya adalah kita menjadi budaknya Rasulullah bahkan lebih hina lagi.

Saat pembuatan sholawat ini, beliau -secara bahasa jawanya- meri dengan Guru Sekumpul yang mana beliau pasti orang yang dicintai oleh Nabi. Beliau juga berangan-angan besok ketika di Surga bisa membaca maulid di belakang Guru Sekumpul bersama Rasulullah. Tapi sulit untuk mencapai Maqam tersebut. Jalan satu-satunya untuk bisa dekat dengan Rasulullah adalah menjadi khodimnya Rasulullah. Dan tentu saja kita pasti kalah dengan Sayyidina Anas dan Sayyidina ‘Abbas. Tapi dengan cara apapun juga semoga semua yang kita lakukan membuat hidup kita menjadi penuh untuk berkhidmah kepada Rasulullah.

Sholawat ini bisa diamalkan minimal 10 kali dalam 1 hari. Tidak ada waktu khusus untuk membacanya, akan tetapi lebih baik membacanya setelah sholat ashar. Khasiat daripada sholawat ini beliau tidak mengetahui spesifiknya. Tapi Beliau KH. Aniq Muhammad Makki berkat sholawat ini ingin dekat dan menjadi khodimnya Rasulullah.


Oleh : Kamil.


Thursday, August 17, 2023

Kecerdasan Moral

 pada kesempatan yang baik ini kami ingin menyampaikan tentang betapa pentingnya membangun sebuah akhlak budi pekerti di dalam diri kita.


Dalam proses kehidupan seorang manusia, hal yang menjadi dasar adalah proses pendidikan.

Pendidikan bukan hanya berupa pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi saja, namun yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan agama, akhlak dan budi pekerti.

 

Pintar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diikuti dengan ilmu agama, akhlak dan budi pekerti akan membuat seseorang bertindak tanpa memikirkan akibat yang akan diterimanya. 


Saudaraku,

K.H. Nurul Huda Djazuli pernah berpesan kepada para santrinya;


“Hati-Hati dengan kecerdasan. Banyak pemuda hancur karena kecerdasan yang tidak diimbangi dengan adab dan

tatakrama.”



ketahuilah wahai saudaraku, perkembangan teknologi informasi saat ini membawa sebuah perubahan besar dalam masyarakat. Lahirnya media sosial juga menjadikan pola perilaku masyarakat mengalami pergeseran, baik budaya, etika, dan norma yang ada. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar dan berbagai kultur suku, ras dan agama yang beraneka ragam memiliki banyak sekali potensi perubahan sosial.

berawal dari kian maraknya berita bohong atau hoax dan ujaran kebencian yang tersebar di berbagai laman website serta platform media sosial mulai dari Facebook, Twitter, hingga Instagram. Fenomena tersebut sangat mengkhawatirkan karena mengancam persatuan bangsa yang diwariskan oleh para pahlawan. Dampak tersebut mulai terlihat dari menguatkannya sifat fanatisme dan intoleransi yang merebak di mana-mana.  Selain itu, identitas bangsa Indonesia juga kian terus terkikis seiring dengan gempuran budaya asing yang kurang sesuai dengan moral Pancasila.

Tanpa kita sadari, semua dampak negatif tersebut sebetulnya merupakan bentuk penjajahan. Saat ini penjajahan bukan lagi berbentuk peperangan fisik, melainkan penjajahan terhadap moral dan perilaku kita. Coba bayangkan jika semua orang tak memiliki moral dan etika yang baik, tentu saja bangsa ini akan menjadi bangsa yang hancur dan tidak akan pernah maju.


maka inilah tugas kita wahai saudaraku, 

sebagai calon-calon pemimpin di masyarakat kelak, sepatutnya kita sebagai seorang pemuda harus membentengi diri kita dengan menampakkan akhlak serta budi pekerti yang baik. Dalam rangka mempertahankan entitas kemerdekaan, dengan mengingat semangat para pahlawan yang telah bersusah payah merebut kemerdekaan bangsa ini. 

Karena,

شُبَانُ اليَوم رِجَالُ الغَد

“pemuda masa kini, adalah pemimpin di masa depan”



Demikian yang dapat saya sampaikan, bila ada kata yang kurang berkenan di hati para pembaca sekalian, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, kebaikan datang dari Allah SWT dan kesalahan datang dari saya selaku manusia biasa yang tidak luput dari lupa, salah dan dosa. Demikian kiranya dan akhir kata saya haturkan terima kasih,

“انظر ما قال ولا تنظر من قال”

"Lihatlah isi ucapannya, jangan lihat siapa yang mengucapkannya"



Friday, July 28, 2023

Seluk Beluk Hari Asyura

Sudah kita ketahui bahwa bulan Muharram adalah salah satu dari Asyhurul hurum (Bulan-bulan haram). Maka dari itu bulan Muharram ini adalah bulan yang sangat mulia. Ketika kita melakukan sebuah kebaikan maka pahala kita akan dilipatkan 2 kali lipat, begitu juga ketika kita melakukan sebuah kemaksiatan maka kita akan mendapat dosa 2 kali lipat. Disamping itu ada fakta menarik lain dalam bulan Muharram, yaitu ada hari Asyura dalam bulan tersebut.

Mengapa hari Asyura dianggap hari yang mulia? karena ada banyak sekali kisah-kisah para nabi di hari tersebut. Diantaranya: 

  1. diciptakannya Nabi Adam Alaihissalam di Surga.

  2. diterimanya taubat Nabi Adam Alaihissalam.

  3. berlabuhnya kapal Nabi Nuh Alaihissalam di Bukit Juudy setelah banjir bandang.

  4. dikeluarkannya Nabi Yunus Alaihissalam dari perut ikan paus.

  5. diterimanya taubat umat Nabi Yunus Alaihissalam.

  6. selamatnya Nabi Ibrahim Alaihissalam dari api yang membakarnya oleh Raja Namrud.

  7. dikeluarkannya Nabi Yusuf Alaihissalam dari penjara.

  8. diampuninya Nabi Daud Alaihissalam.

  9. terbelahnya Laut Merah untuk Nabi Musa Alaihissalam Setelah dikejar Firaun.

  10. tenggelamnya Firaun di dasar Laut Merah saat mengejar Nabi Musa Alaihissalam.

  11. dibolak-balikannya tubuh ashabul kahfi (para pemuda Bani Israil yang bersembunyi di dalam gua).

  12. diciptakannya ruh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam.

  13. dikandungnya Nabi Muhammad di rahim Ibunda Aminah Radhiallahu Anhu. 

  14. Wafatnya (syahid) cucu Nabi Muhammad, Sayyidina Husein Radhiallahu Anhu.

Alasan kita disunnahkan untuk puasa di hari Asyura adalah hari tersebut merupakan hari selamatnya Nabi Musa Alaihissalam dari kejaran pasukan Fir’aun. Sebagai bentuk syukur, Nabi Musa Alaihissalam berpuasa pada hari tersebut. Berikutnya, umat Yahudi mengikuti apa yang dilakukan Nabinya itu, berpuasa setiap 10 Muharram. Dan kita umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam melakukan puasa tersebut karena di syariat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam ada yang namanya Syarii’atu man qablana yaitu syariat dari Nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam.

Puasa Asyura ada 3 tingkatan. Tingkatan paling rendah adalah puasa hari Asyura saja, dan ini adalah amalan dari kaum yahudi. Tingkatan yang kedua adalah puasa hari Tasu’a dan Asyura yaitu tanggal 9 dan 10 Muharram, ini adalah puasa yang membedakan kita dengan kaum Yahudi  . Dan tingkatan yang tertinggi adalah puasa tanggal 9, 10, dan 11 pada bulan Muharram. 

Dan for your info, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam tidak pernah puasa tanggal 9 Muharram atau hari Tasu’a padahal hari tersebutlah yang membedakan kaum Muslimin dan Yahudi. Apa alasanya? ternyata ada hadits Nabi yang menjelaskannya: 

لئن عشت إلى قابل لأصومن التاسع (رواه مسلم)

Artinya: “Seandainya aku masih hidup hingga tahun yang akan datang, niscaya aku akan berpuasa pada tanggal sembilan Muharram, yakni puasa Tasu'a." (HR. Muslim).

Dan salah satu keistimewaan puasa di hari Asyura adalah Allah Subhanahu wata’ala menghapus dosa kita selama 1 tahun lalu.

Oleh: Harun Kamil.