(سير أعلام النبلاء، ص: 358)
“Wahai Bilal, kenapa engkau begitu lama menjauh dariku? Tidakkah sudah saatnya engkau menziarahiku?”
Sayyidina Bilal pun terbangun dengan hati yang sedih. Ia segera menyiapkan tunggangannya lalu berangkat menuju Madinah. Sesampainya di sana, ia mendatangi makam Nabi Muhammad ﷺ. Di hadapan makam beliau, Sayyidina Bilal menangis tersedu-sedu dan mengusap-usapkan wajahnya di atasnya karena kerinduannya.
Tidak lama kemudian datanglah Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain (cucu Nabi ﷺ). Sayyidina Bilal pun memeluk keduanya dan mencium mereka dengan penuh kasih sayang. Lalu keduanya berkata kepadanya:
“Kami ingin mendengarkan azanmu, hai muazin Nabi, sebagaimana pada masa Rasulullah!”
Maka Sayyidina Bilal pun memenuhi permintaan mereka. Ia naik ke atas menara dan mulai mengumandangkan adzan.
Ketika ia mengucapkan “Allahu Akbar, Allahu Akbar”, seluruh kota Madinah berguncang karena tangisan dan haru.
Ketika ia melanjutkan dengan “Asyhadu an la ilaha illallah”, tangisan semakin menjadi-jadi.
Dan saat ia mengucapkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Bilal tak sanggup melanjutkannya.
Sementara itu, hampir semua penduduk Madinah keluar dari rumah (bahkan para gadis keluar dari rumah rumahnya), menuju ke masjid sambil berteriak: “Apakah Rasulullah telah diutus kembali?”
Hari itu, Madinah dipenuhi dengan tangisan. Belum pernah terlihat ada hari dengan tangisan dan kesedihan sebesar hari itu sejak wafatnya Rasulullah ﷺ.
0 comments: