Friday, July 25, 2025

Ringkasan Mauidhoh Abah KH. Aniq Muhammad Makki, B. Sc., MA. Pada Acara Haul Mbah Panggung

Allah itu menyebarkan dan barakahnya kepada orang-orang mulia, khususnya para wali. Rahmat dan barakah yang Allah titipkan kepada para wali itu bukan hanya ketika para wali itu masih hidup, bahkan ba‘da al-wafat pun itu masih bisa diambil barakahnya. Dijelaskan di dalam kitabnya Syaikh Ihsan Jampes yaitu kitab 'سِرَاجُ ٱلطَّالِبِينَ عَلَىٰ مِنْهَاجِ ٱلْعَابِدِينَ', beliau menukil kalam Syaikh Ahmad Zaini Dahlan:

.قَدْ صَرَّحَ كَثِيرٌ مِنَ الْعَارِفِينَ أَنَّ الْوَلِيَّ بَعْدَ وَفَاتِهِ تَتَعَلَّقُ رُوحُهُ بِمُرِيدِيهِ، فَيَحْصُلُ لَهُم بِبَرَكَتِهِ أَنْوَارٌ وَفُيُوضَاتٌ

"Orang-orang yang sudah mencapai maqām ma‘rifat terhadap Allah itu berkata: para wali itu ketika sudah wafat justru ikatan batinnya terhadap murid-muridnya itu lebih kuat daripada ketika beliau-beliau masih hidup."

Maka tidak aneh, sering terjadi seorang kiai, seorang wali yang sudah wafat, kemudian nurnya atau berkah bisa dirasakan oleh murid-murid beliau. Di dalam kalamnya Al-Imam ‘Abdullah bin ‘Alawi al-Ḥaddad, beliau dengan jelas berkata demikian:

.ٱلْوَلِيُّ يَكُونُ إعْتِنَاؤُهُ بِقَرَابَتِهِ وَاللَّائِذِينَ بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ أَكْثَرَ مِنِ ٱعْتِنَائِهِ بِهِمْ فِي حَيَاتِهِ

Artinya: para wali itu ketika sudah meninggal, justru perhatian mereka atau didikan mereka dari alam barzakh lebih kuat daripada ketika beliau-beliau masih hidup di dunia. Kenapa? Karena:

.لِأَنَّهُ كَانَ فِي حَيَاتِهِ مَشْغُولًا بِٱلتَّكْلِيفِ، وَبَعْدَ مَوْتِهِ طُرِحَ عَنْهُ ٱلْأَعْبَاءُ وَتَجَرَّدَ

Para wali-wali itu ketika masih hidup, kesibukan dunia mereka banyak, apalagi ruhnya masih nyambung dengan jasad, maka jarang sekali ada cerita wali itu bisa berada di beberapa tempat dalam satu waktu tidak semua orang.

Maka justru perhatian beliau-beliau kepada kita, ketika masih hidup tidak terlalu banyak. Namun setelah wafat, seperti yang dijelaskan Al-Imam ‘Abdullah bin ‘Alawi al-Ḥaddad, justru mereka terlepas dari basyariyahnya, terlepas dari sifat dunianya, akhirnya perhatian dari alam barzakh itu malah lebih kuat. Maka tidak aneh karena kita golongan Ahlussunnah wal Jama‘ah, terkhusus golongan Nahdlatul ‘Ulama’, itu sangat ditekankan untuk berziarah kubur. Karena kita semua ber‘itiqad, yakin bahwasanya para wali itu belum wafat, hanya jasadnya saja yang meninggal, namun ruhaniyahnya selalu membersamai kita, ruhaniyahnya masih mendidik kita semua.

Pada akhirnya banyak sekali orang-orang setelah melaksanakan ziarah kubur merasa hajat-hajatnya terkabul dan urusan-urusannya dipermudah. Namun apakah kita tega menempatkan para wali dan para ulama yang sudah wafat hanya sebatas di maqam (baca : kedudukan) sebagai perantara pengabul doa kita (yang kita tawassuli) saja? 

Jika kita mengingat hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

.كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ أَلَا فَزُورُوهَا

Hadis Nabi melalui riwayat Muslim, beliau berkata: "Dulu aku pernah melarang kalian semua untuk ziarah kubur, namun sekarang berziarahlah."

Terusan hadis yang diriwayatkan Imam at-Tirmizi:

.فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ ٱلْآخِرَةَ

Kenapa Nabi memerintahkan untuk ziarah kubur? Karena ziarah kubur itu mengingatkan kita terhadap akhirat. Kemudian, ziarah yang seperti apa yang bisa mengingatkan kita terhadap akhirat? Di dalam kitab أَفْصَحُ الِّسَان dijawab:

Ziarah yang bisa mengingatkan kita ke akhirat itu tergantung kondisi sahib al-maqbarah (kondisi orang yang diziarahi), karena orang yang diziarahi ini ada kemungkinan tiga macam golongan.

1. Yang pertama: ziarah kepada orang-orang yang terkenal kejelekannya, orang-orang ahli maksiat, tidak shalih sama sekali. Lalu mengapa diziarahi? Karena:

.فَالْحَوْلِيَّةُ أَوْ فَالزِّيَارَةُ لِهَذِهِ الْأَشْخَاصِ تَتَضَمَّنُ مَعْنَى التَّرْهِيبِ

Ziarah ke orang-orang jelek itu ada maknanya, yaitu kita harus hati-hati, jangan sampai mati kita dalam keadaan jelek seperti sahib al-maqbarah, atau bermakna hati-hati jangan sampai suul khatimah seperti orang itu.

2. Kemudian yang kedua: adalah orang-orang yang shalih. Jika ziarah kepada orang-orang shalih, para wali, ini maknanya bukan الترهيب (at-tarhīb) tapi الترغيب (at-targhīb), yaitu kita berziarah namun di situ harus ada makna: kita terdorong untuk melakukan amal-amal shalih. Setelah kita berziarah, “gimana ya caranya bisa sholeh seperti ṣāḥib al-maqbarah, gimana caranya kita bisa ‘ālim seperti ṣāḥib al-maqbarah?” Sehingga ketika kita ziarah ke para wali, keluar-keluar kita bisa tambah kebaikan, iman, dan takwanya.

3. Yang terakhir: ketika yang diziarahi yaitu orang-orang yang bukan hanya sekadar shalih namun maqamnya sudah maqam para nabi, para rasul, dan para sahabat. Orang-orang seperti ini, ketika kita ziarahi, harus kita ingat terhadap manaqib atau sejarahnya. karena rata-rata para wali, kepada kematian itu justru merindukan. Seperti yang dikatakan Al-Imam ‘Ali bin Muḥammad bin Husein al-Habsyi di dalam salah satu qasidahnya:

إِذَا عَلِمَ الْعُشَّاقُ دَاءِي فَقُلْ لَهُمْ

فَإِنَّ لِقَائِِ أَحْبَابِ قَلْبِ دَوَاؤُهُ

“Ketika kamu dan orang-orang yang rindu itu tahu penyakitku itu apa hanya satu, yaitu bertemu dengan kekasih hatiku, yaitu Nabi Muḥammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Yang dimaksud di sini adalah bukan hanya bertemu Nabi di Madinah saja, namun bisa bersama beliau di satu alam, yaitu alam barzakh.

Cerita seperti ini banyak sekali. Salah satunya adalah kisah Sayyiduna Bilal ketika mendekati ajalnya. Didalam kitab 'Siyar A‘lam an-Nubala’ Juz 1 halaman hal 359 Al-Imam Syamsuddin az-Zahabi menjelaskan:

قَالَ سَعِيْدُ بنُ عَبْدِ العَزِيْزِ: لَمَّا احْتُضِرَ بِلاَلٌ قَالَ: غَداً نَلْقَى الأَحِبَّهْ ... مُحَمَّداً وَحِزْبَهْ قَالَ: تَقُوْلُ امْرَأَتُهُ: وَاوَيْلاَهُ. فَقَالَ: وَافَرَحَاهُ.

Menjelang ajal beliau sayyiduna Bilal terbaring di atas tempat tidur dan berkata : “Besok aku akan bertemu dengan para kekasihku... Nabi Muhammad dan sahabat-sahabat beliau.”

Sementara istri Sayyiduna bilal duduk disamping beliau seraya menjawab : "Wahai musibah besar ini!" atau "Aduh celaka, suamiku akan pergi!"

Namun Sayyiduna Bilal tidak ikut dalam kesedihan itu. Justru beliau membalas dengan penuh kebahagiaan : "Wahai, betapa bahagianya ini!"

Ketika ziarah kepada orang seperti ini, maka mati bukan menjadi sebuah momok besar atau hal yang menakutkan, akan tetapi kematian menjadi awal dari perjumpaan yang sudah lama dirindukan. Yang berada dibenak bukanlah beratnya siksa dan hisab yang akan diperhitungkan, namun betapa besar nikmat dan karunia yang akan diterima di alam barzakh.

Closing statement dari pembahasan di atas: sekarang tinggal diri kita masing-masing. Apakah kematian kita nanti itu berujung baik atau buruk wallāhu a‘lam itu semua tergantung amal kita masing-masing. Apakah kita termasuk golongan orang yang pertama ataukah orang yang kedua?

Maka kita harus bisa meniru untuk meraih tingkat ketakwaan dan tingkat keshalihan para orang-orang yang diziarahi para wali Allah sehingga kita tidak di tingkat orang-orang yang jelek, tapi di tingkat orang-orang yang shalih, sehingga berkumpul bersama dengan para nabi, siddiqin, syuhada, dan salihin. Aamiin. Wallahu A'lamu Bishowab.

Kudus, 27 Muharrom 1447 H. 


Oleh: Tim Litbang

Thursday, July 24, 2025

Gas atau Nggak? Pilih yang Worth It!

.من لم يذق ضيق الهم لم يذق عيش الّذة

“Barangsiapa yang tidak pernah merasakan sempitnya kegelisahan, maka ia tidak akan merasakan manisnya hidup yang penuh kenikmatan”.

.‎من لازم طرق الباب يوشك أن يفتح له 

‏“Barangsiapa yang terus mengetuk pintu, niscaya akan dibukakan untuknya”. 

(Syeikh Said Al Kamali).

    Orang orang yang sukses adalah orang orang yang merelakan hal yang tepat diwaktu yang tepat, mereka tidak takut untuk menentukan suatu keputusan dengan pemikiran jangka panjang bahkan jika itu terdapat resiko, namun resiko terukur dapat membuka peluang kesuksesan lebih besar. So, jangan takut untuk mengambil keputusan atau resiko dari suatu apapun dalam hidupmu.

    Perjuangkan apa yang worth it untukmu, yang menjadi pemicu semangat ketika engkau menjalaninya. Jangan banyak berandai-andai, berfikirlah realistis. Jangan memaksa diri untuk melakukan sesuatu yang tidak benar-benar diinginkan, walaupun menurut sebagian orang itu impian. Sehingga, meskipun sulit untuk dijalani, karena hal ini tepat, maka mudah & worth it untukku.

    Jadi apa yang kita lakukan kita gabisa hanya main aman, kita harus memberanikan diri kita untuk menyerah. Hingga akhirnya kita memutuskan untuk berhenti melakukan hal-hal yang menurut kita tidak efektif untuk mencapi goal-goal kita tadi, supaya menjadi yang terbaik di bidang yang kita pilih.

    Ada konsep ‘opportunity cost’ (biaya peluang) namanya, yaitu kamu harus membayar sesuatu yang kamu pilih dengan merelakan suatu lain yang engkau tinggalkan, dan rela melakukan itu karena kamu yakin telah mengambil jalan yang berpotensi untukmu.

    Dalam hidup, kita tidak bisa terus bermain aman. Kesuksesan tidak datang dari zona nyaman, melainkan dari keberanian untuk memilih, merelakan, dan mengambil risiko yang terukur. Keputusan besar memang menuntut pengorbanan, namun justru di situlah kita belajar menjadi pribadi yang lebih fokus, tajam, dan berani menghadapi kenyataan.

Ketika kita berani melepaskan sesuatu yang tidak lagi efektif demi sesuatu yang lebih sejalan dengan tujuan kita, itulah bentuk kedewasaan dan kemajuan. Maka jangan takut membuat keputusan, selama itu diambil dengan kesadaran, perhitungan, dan keyakinan.

Hidup bukan tentang melakukan segalanya, tapi tentang melakukan yang paling tepat. Dan untuk itu, kita harus rela meninggalkan sesuatu agar bisa sungguh-sungguh menjemput yang lebih berharga.

"Don’t think to do the best, but think to do the best wherever you live get success in the world."

 "Jangan hanya berpikir untuk menjadi yang terbaik, tapi berpikirlah untuk melakukan yang terbaik di mana pun kamu berada agar meraih kesuksesan di dunia."

(Abah Aniq Muhammad Makki, dalam buku majalah IKSAB 2007 / 2008 M.)


Oleh : Yusrul Falah.


Tuesday, July 22, 2025

𝗥𝗮𝗴𝗮𝗺 𝗪𝗮𝗷𝗮𝗵 𝗖𝗶𝗻𝘁𝗮 𝗱𝗶 𝗔𝗻𝗶𝗺𝗲 𝗦𝗲𝗿𝘁𝗮 𝗞𝗼𝗹𝗲𝗿𝗮𝘀𝗶𝗻𝘆𝗮 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗠𝗮𝗵𝗮𝗯𝗯𝗮𝗵 𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗻 𝗥𝗮𝘀𝘂𝗹𝘂𝗹𝗹𝗮𝗵


    Cinta. Apa itu cinta? Apakah dia perasaan? Seperti apa bentuknya? Bagaimana dia muncul? Akh, sulit sekali menjelaskannya. 

Definisi Cinta sangat beragam. Banyak sekali yang sudah berusaha mendefinisikannya. Termasuk tontonan hiburan seperti anime. Dalam bentuk karakter 2D, para author memberikan gambaran cinta yang begitu luar biasa.

 

Cinta itu Gila.

    Konsep ini adalah konsep paling masyhur yang banyak diangkat dalam dunia anime, film, juga novel. Salah satu yang paling terkenal berasal dari legenda romansa Italia, Romeo dan Juliet. Dalam kisah mereka, karena cinta mereka tidak direstui. Mereka memilih mati, melanjutkan kisah cinta mereka di kehidupan berikutnya. 

    Banyak anime terkenal mengangkat konsep ini, seperti Naruto. Di animenya, seorang karakter bernama Obito Uchiha mendeklarasikan perang dunia shinobi keempat, bertujuan mewujudkan mugen tsukuyomi yang membuat semua orang tertidur dan terlelap dalam mimpi indahnya masing-masing. Hal ini tidak lain karena ia menyaksikan dengan kepala matanya sendiri bahwa Rin Nohara, orang yang dicintainya mati. 

    Dari anime lain, Attack on Titan. Sang karakter utama, Eren Jaeger memutuskan menghancurkan dunia setelah hanya dianggap saudara oleh orang yang dicintainya, Mikasa Ackerman. 

Namun, dalam anime lain, hal seperti itu tidak layak dianggap sebagai cinta. Dalam anime Vinland Saga, hal seperti dianggap sebagai diskriminasi. Lantas, bagaimana cinta itu? 


Cinta Tidak Mendiskriminasi.

    Dalam Vinland Saga, cinta yang membuat seseorang sampai berkorban sedemikian rupa bukanlah sebuah cinta. Dalam anime ini, cinta diartikan ketika kamu menerima semua yang terjadi padamu dengan lapang dada. Kamu tidak perlu mati-matian untuk mendapatkan cinta. 


Cinta itu Mahal.

    Salah satu anime yang mengusung konsep ini adalah Yofukashi no Uta. Dalam animenya, sang MC, Yamori Kou, ingin menjadi vampir dan syaratnya ia harus jatuh cinta kepada vampir. Namun, ia bahkan tak kunjung cinta setelah berciuman dan berbagai kebersamaan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa cinta adalah perasaan yang mahal. Ia tidak jatuh hanya karena ciuman atau hal-hal remeh lainnya. 

    Akan tetapi, tahukah anda bahwa ada sebuah cinta yang menggabungkan semua konsep cinta tadi. Cinta yang membuat gila, tapi tidak mendiskriminasi karena cintamu akan terbalas. Sosok yang dicintai ini luar biasa hebat. Cinta kepada-Nya tentu perasaan yang sangat mahal. Dan yang lebih utama, cinta ini adalah perasaan yang suci. 

Cinta apakah itu? 

Cinta itu ditujukan kepada Allah dan Rasulullah.


Oleh: K-San.



Monday, June 23, 2025

Kesuksesan Sejati Dimulai dari Perjalanan, Bukan Tujuan"

 

“Nilai bukan di akhir, tapi di tiap langkah”

Di zaman yang serba cepat ini, banyak dari kita terbiasa menilai segala sesuatu dari hasil akhirnya. Kesuksesan diukur dari gelar, jabatan, kekayaan, atau pengakuan. Padahal, jika kita mau menengok lebih dalam, nilai sejati dari sebuah pencapaian justru terletak bukan pada hasil yang tampak, melainkan pada perjuangan di baliknya.

Hasil hanyalah ujung dari perjalanan panjang yang sering kali tak terlihat oleh mata. Orang melihat seseorang berhasil membangun bisnis, membeli rumah, atau lulus dari universitas ternama. Tapi tak banyak yang tahu bagaimana ia harus melewati malam-malam penuh kecemasan, kerja keras tanpa lelah, atau pengorbanan pribadi yang besar demi sebuah tujuan.

Perjuangan adalah tempat di mana karakter dibentuk. Di sanalah kita belajar arti konsistensi, ketekunan, keikhlasan, bahkan kerendahan hati. Proses itulah yang memisahkan antara keberhasilan yang semu dan keberhasilan yang benar-benar membentuk manusia menjadi lebih utuh.

Dalam konteks keluarga, pendidikan, karir, bahkan hubungan antar manusia, perjuangan yang dilakukan secara jujur, sabar, dan tulus akan meninggalkan jejak yang jauh lebih berharga dibanding sekadar hasil. Seorang ayah atau ibu yang bekerja siang malam untuk menyekolahkan anak-anaknya mungkin tak dikenal dunia, namun perjuangannya adalah kisah keagungan yang patut dihormati.

Masyarakat hari ini seringkali lupa menghargai proses. Kita lebih sibuk mengidolakan kesuksesan instan tanpa tahu cerita di baliknya. Ini membuat banyak orang merasa gagal hanya karena belum sampai di garis akhir, padahal mereka sedang berada di jalur yang benar.

Kita perlu belajar untuk menilai bukan dari “apa yang sudah dicapai” saja, tetapi dari “bagaimana cara mencapainya.” Apakah dengan kejujuran atau kelicikan? Dengan kerja keras atau mengambil jalan pintas? Dengan semangat pantang menyerah atau sekadar ikut arus?

Pada akhirnya, hasil memang penting. Namun lebih penting lagi adalah apakah hasil itu diperoleh dengan jalan yang benar. Karena hasil bisa menipu, tapi proses tidak pernah berbohong. Dan ketika kita menanam kebaikan dalam setiap langkah perjuangan, maka hasil yang baik akan datang, jika tidak hari ini, maka suatu hari nanti, dalam bentuk dan waktu yang tak selalu kita sangka.

Maka berbanggalah pada prosesmu, meski belum sampai pada apa yang kau impikan. Karena setiap langkah kecil yang kau tempuh dengan hati yang ikhlas adalah bagian dari kemenangan itu sendiri.

Oleh: Alp.



Sunday, June 15, 2025

Perjuangkan Apa yang Memang Pantas Diperjuangkan

“Hidup Bukan Tentang Bertahan Saja”

Dalam perjalanan hidup, kita dihadapkan pada berbagai pilihan dan kemungkinan. Tidak sedikit yang mengajarkan kita untuk terus berjuang, untuk tidak menyerah, dan untuk bertahan sekuat tenaga terhadap apa yang kita inginkan. Namun, ada satu hal penting yang kerap terlupa: tidak semua hal layak untuk diperjuangkan.

Kita perlu menyadari bahwa tidak semua yang kita inginkan benar-benar membawa kebaikan. Tidak semua yang membuat kita terpikat, pantas untuk kita pertahankan. Terkadang, kita terjebak dalam usaha yang panjang hanya karena sudah terlalu jauh melangkah, bukan karena itu benar-benar layak untuk kita perjuangkan hingga akhir.

Perjuangan yang sejati bukanlah tentang bertahan dalam segala hal, melainkan tentang memilih dengan bijak apa yang pantas menjadi tempat kita mencurahkan tenaga, waktu, dan hati. Sebab memperjuangkan sesuatu tanpa arah hanya akan menjerumuskan kita dalam kelelahan yang tidak membawa hasil. Perjuangan yang tidak berpijak pada nilai dan makna hanya akan meninggalkan luka.

Kita harus belajar mengenali batas. Batas antara kesetiaan dan kebodohan. Batas antara bertahan demi kebaikan, dan bertahan karena takut sendirian. Batas antara memperjuangkan sesuatu yang membangun, dan mempertahankan sesuatu yang justru meruntuhkan diri kita sedikit demi sedikit.

“Saat Melepaskan adalah Bentuk Perjuangan Tertinggi”

Banyak orang mengira bahwa berhenti adalah bentuk dari kegagalan. Padahal, dalam banyak situasi, berhenti justru adalah bentuk tertinggi dari keberanian. Dibutuhkan kedewasaan untuk mengatakan, “Ini tidak lagi baik untukku.” Dibutuhkan kebijaksanaan untuk memahami bahwa tidak semua hal yang kita inginkan adalah yang kita butuhkan.

Memilih untuk tidak melanjutkan sesuatu bukan berarti menyerah. Itu berarti kita telah cukup jujur pada diri sendiri. Kita telah cukup kuat untuk tidak memaksakan apa yang sudah tidak sejalan dengan tujuan hidup dan nilai-nilai yang kita pegang.

Waktu dan energi kita terbatas. Maka gunakanlah untuk memperjuangkan hal-hal yang benar-benar memberi makna. Perjuangkan mimpi yang membuatmu berkembang. Perjuangkan relasi yang saling mendukung, bukan yang melemahkan. Perjuangkan prinsip dan nilai yang membentukmu menjadi pribadi yang lebih baik.

Dan yang terpenting, perjuangkan dirimu sendiri.
Perjuangkan hakmu untuk bahagia.
Perjuangkan ketenangan jiwamu.
Perjuangkan ruang untuk menjadi versi terbaik dari dirimu, tanpa terus-menerus dikorbankan untuk hal yang tidak pernah menghargaimu.

Pada akhirnya, hidup bukanlah tentang seberapa keras kita berjuang untuk sesuatu. Tapi tentang apakah perjuangan itu membawa kita pada arah yang benar. Jangan takut untuk berhenti. Jangan ragu untuk memilih ulang. Karena kadang, bukan jalan yang salah yang membuat kita tersesat tapi keyakinan buta untuk terus berjalan meski hati tahu, bahwa kita sedang menuju kehampaan.

Perjuangkan apa yang memang pantas diperjuangkan.
Bukan karena kita lemah. Tapi karena kita layak untuk hidup yang lebih baik.

Oleh: Alp.


Thursday, June 5, 2025

✨ Keindahan Puasa: Warisan Hikmah dari Ulama Tercinta ✨

Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga. Lebih dari itu, puasa adalah ibadah yang sarat makna, kaya hikmah, dan penuh keberkahan. Dalam setiap detik kita menahan diri, ada limpahan pahala yang Allah janjikan. Tak heran jika para ulama salaf dan para kekasih Allah menjadikan puasa sebagai amalan unggulan dalam hidup mereka.

Di antara mutiara hikmah tentang puasa, ada pesan indah dari seorang ulama besar yang masyhur di kalangan santri, yakni Syaikhina Maimoen Zubair rahimahullah, pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, dan juga guru dari murabbi kita, Abuya ahmadi Abdul Fattah. Dalam nasihatnya kepada para santri, beliau menjelaskan beberapa keutamaan puasa yang jika direnungkan, membuat hati semakin bergairah untuk memperbanyak puasa—baik wajib maupun sunnah.

Berikut ini adalah sembilan keutamaan puasa yang beliau sampaikan, disertai penjelasan singkat agar lebih mudah dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari...

1. الصيام نصف الصبر والصبر نصف الإيمان.

"Puasa adalah setengah dari sabar, dan sabar adalah setengah dari iman."

➡️ Puasa itu sebenarnya latihan sabar. Kita menahan lapar, haus, dan hawa nafsu. Sabar itu kunci besar dalam agama, karena tanpa sabar, sulit banget menjalankan iman. Nah, karena sabar adalah setengah dari iman, maka puasa pun ikut menjadi bagian besar dari keimanan kita.

2. لكل شيء زكاة وزكاة الجسد الصوم.

"Segala sesuatu ada zakatnya, dan zakat tubuh adalah puasa."

➡️ Zakat itu artinya penyucian. Seperti harta yang dizakati untuk membersihkan, tubuh pun punya caranya disucikan: yaitu dengan berpuasa. Jadi puasa bukan hanya ibadah batin, tapi juga cara membersihkan jasad dari kotoran lahir dan batin.

3. الصيام والقرآن يشفعان للعبد يوم القيامة.

"Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafaat pada seorang hamba di hari kiamat."

➡️ Bayangin, nanti di hari kiamat, puasa dan bacaan Qur’an kita bakal jadi ‘pembela’ yang ngomong di hadapan Allah, minta agar kita diampuni dan dimasukkan ke surga. Keren banget, kan?

4. من كل شيء باب وباب العبادة الصيام.

"Segala sesuatu ada pintunya, dan pintu ibadah adalah puasa."

➡️ Puasa itu seperti pintu gerbang menuju ibadah-ibadah lain. Ketika orang terbiasa puasa, dia biasanya lebih gampang rajin shalat, baca Qur’an, sedekah, dan lainnya. Karena puasa melatih hati dan diri untuk dekat pada Allah.

5. صوموا تصحوا.

"Berpuasalah, maka kalian akan sehat."

➡️ Ini singkat tapi padat. Puasa ternyata bukan cuma ibadah, tapi juga punya manfaat medis. Banyak ahli gizi dan dokter juga bilang kalau puasa itu bisa membersihkan sistem pencernaan, detoksifikasi tubuh, bahkan bikin umur lebih panjang. Islam duluan yang ngajarin ini!

6. من صام يوما في سبيل الله باعد الله وجهه عن النار سبعين خريفا.

"Barang siapa berpuasa sehari di jalan Allah, Allah akan menjauhkannya dari api neraka sejauh 70 tahun perjalanan."

➡️ Masya Allah… sehari saja puasa karena Allah (bukan karena diet ya 😄), Allah janjikan perlindungan sejauh 70 tahun dari neraka. Bayangin kalau sering-sering puasa sunnah, seberapa jauhnya kita dari siksa itu?

7. من صام يوما تطوعا لم يطلع عليه أحد لم يرض الله له بثواب دون الجنة.

"Barangsiapa berpuasa sunnah yang tidak diketahui orang lain, Allah tidak akan ridha untuknya pahala kecuali surga."

➡️ Ini tentang keikhlasan. Kalau kita puasa diam-diam, hanya antara kita dan Allah, tanpa pamer, Allah sangat menghargainya hingga balasannya bukan main-main: langsung surga!

8. صمت الصائم تسبيح، ونومه عبادة، ودعاؤه مستجاب، وعمله مضاعف.

"Diamnya orang puasa itu tasbih, tidurnya ibadah, doanya dikabulkan, dan amalnya dilipatgandakan."

➡️ Saat puasa, semua hal jadi bernilai ibadah. Bahkan diam dianggap dzikir, tidur dianggap ibadah, apalagi kalau berdoa—langsung mustajab. Belum lagi semua amal baik dikalikan pahalanya. Serba untung!

9. عليك بالصوم فإنه لا مثل له في الأجر.

"Lakukanlah puasa, karena tidak ada ibadah lain yang menyamai pahalanya."

➡️ Ini kayak penegasan terakhir. Kalau mau pahala paling tinggi dan luar biasa, ya puasa! Gak ada ibadah lain yang bisa menyaingi pahalanya, apalagi kalau dilakukan rutin dan ikhlas.

Kalau disimpulkan, puasa itu bukan sekadar menahan lapar. Tapi dia adalah ibadah yang:

•Menguatkan iman

•Menyucikan tubuh

•Menghadirkan syafaat di akhirat

•Membuka jalan ibadah lain

•Menyehatkan

•Menjauhkan dari neraka

•Mendekatkan ke surga

•Menjadikan semua aktivitas bernilai ibadah

•Memiliki pahala yang luar biasa

Masya Allah, pantas kalau para ulama dan wali banyak menjadikan puasa sebagai kebiasaan harian mereka.🌙✨

Oleh: Al-Kamali.

Monday, June 2, 2025

Bukan Tentang Mereka, Tapi Kamu!

"Kalau orang lain bisa, kenapa harus saya?" "Kalau orang lain aja nggak bisa, apalagi saya."

Dua kalimat ini kerap melintas, terdengar ringan namun menyimpan beban yang tak kasat mata. Ia muncul bukan semata karena ketidakmampuan, tapi karena bisikan ragu yang bersemayam dalam diri. Ragu akan cukup tidaknya kita. Ragu akan pantas atau tidaknya kita melangkah sejauh itu.

Namun, pernahkah kita diam sejenak dan merenung, mengapa kita begitu gemar membandingkan langkah kita dengan milik orang lain? Seolah prestasi mereka adalah tolok ukur bagi nasib kita. Kita terlalu sering menoleh ke kiri dan ke kanan, sampai lupa bahwa kita sendiri telah menempuh perjalanan yang tak kalah jauh.

Jika orang lain bisa, itu bukan sinyal untuk mundur. Justru itu penanda bahwa sesuatu dapat dicapai. Bahwa keberhasilan bukanlah mitos, melainkan bukti dari usaha. Kita pun bisa, mungkin dengan cara yang berbeda, waktu yang berbeda, tapi bukan berarti tak mungkin. Dan jika orang lain belum mampu, bukan berarti kita juga akan gagal. Bisa jadi, kitalah yang membuka jalan.

Setiap jiwa punya musimnya sendiri. Ada yang mekar lebih cepat, ada yang bertumbuh perlahan. Ada yang jalannya lurus dan ringan, ada yang harus menempuh jalan berbatu, jatuh bangun berkali-kali. Dan semua itu tak apa. Semua itu wajar. Semua itu manusiawi.

Hidup ini bukanlah lomba lari cepat. Tidak ada garis akhir yang harus dicapai bersamaan. Ini tentang ketekunan, tentang kesetiaan pada proses, tentang keberanian untuk tetap melangkah meski tertatih. Karena sering kali, mereka yang pelan namun konsisten justru sampai lebih jauh dari yang terburu-buru.

Kita tidak dituntut untuk menjadi yang paling hebat. Yang kita perlukan hanyalah keberanian. Keberanian untuk mencoba. Keberanian untuk menerima kegagalan sebagai bagian dari belajar. Keberanian untuk bangkit ketika jatuh. Dan di atas segalanya, keberanian untuk percaya pada diri sendiri meski tak ada yang ikut percaya.

Percayalah, langkah-langkah kecilmu hari ini yang mungkin tampak remeh dan lambat sedang membentuk jalan besar di masa depanmu. Mungkin kamu belum sampai, tapi kamu sedang menuju ke sana. Dan itu sudah luar biasa.

Karena pada akhirnya, langkah yang berarti bukan ditentukan oleh siapa yang memulai lebih dulu, melainkan oleh siapa yang terus berjalan, dengan hati yang penuh keyakinan dan tekad yang tak mudah padam.

Oleh: Zayn Mawashif.