Wednesday, April 30, 2025

MENDAPATKAN FUTUH SEBAB BERKHIDMAH PADA GURU

 

Pada pembahasan sebelumnya, kita telah menyadari betapa pentingnya membersihkan hati dari sifat-sifat buruk seperti sombong, iri, riya, dan dengki. berikut juga cara menjaganya agar tetap bersih, Hati yang bersih akan memancarkan kebaikan dalam ucapan dan perbuatan, dan menjadi tempat pantulan cahaya ilahi. Sekarang, untuk memperdalam pemahaman kita, ada sebuah kisah teladan dari seorang ulama besar, Imam Al Ghazali, yang dikenal sebagai hujjatul Islam dan ahli dalam bidang tasawuf. Dari kisah ini, kita akan melihat bagaimana hati yang bersih bisa tampak dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai seorang santri dengan jiwa khidmahnya kepada kiai yang telah membimbingnya untuk mengenal allah dan rasulullah .

Alkisah, suatu hari ketika Imam Al Ghazali menjadi imam di sebuah masjid. Tetapi saudaranya yang bernama Ahmad tidak mau berjamaah bersama, Imam Al Ghazali lalu berkata kepadanya sang ibu, "Wahai ibu, perintahkan saudaraku Ahmad agar shalat mengikutiku, supaya orang-orang tidak menuduhku selalu bersikap jelek terhadapnya."


Ibu Imam Al Ghazali pun memerintahkan putranya Ahmad agar shalat makmum kepada kakaknya yakni Imam Al Ghazali, dan Ahmad pun melaksanakan perintah sang ibu untuk shalat bermakmum kepada Imam Al Ghazali.


Namun saat tengah berjamaah Ahmad melihat perut sang kakak berdarah, maka ia pun (Mufaraqah) membatalkan bermakmum kepada kakaknya, dan meneruskan shalat sendiri. 


Usai shalat, Imam Al Ghazali bertanya, "Mengapa kamu membatalkan makmum kepadaku?"


 “Aku melihat kanda penuh darah." jawab Ahmad, adiknya.


Sejenak Imam Al Ghazali termenung. Kemudian berkata, "Memang dalam shalat saya sedang berpikir tentang persoalan haid."


Adik kandung Imam Ghazali memang dikenal sebagai ahli Kasyf, mampu melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh orang awam.


Seketika itu Ghazali sadar tentang pentingnya dunia sufi. Dan kejadian inilah yang mendorong beliau mendalami ilmu tasawuf.


Imam Al Ghazali bertanya kepada adiknya Ahmad, "Dari manakah engkau belajar ilmu pengetahuan seperti itu?"


Saudaranya menjawab, "Aku belajar Ilmu kepada Syekh Al Utaqy, yaitu seorang tukang jahit sandal-sandal bekas.” 


Imam Al Ghazali lalu pergi kepadanya. Beliau berkata kepada Syekh Al khurazy "Saya ingin belajar kepada Tuan."


Syeikh itu berkata “Mungkin engkau tidak sanggup mengikuti perintah-perintahku."


Imam Al Ghazali menjawab: "Insya Allah, saya kuat." 


Syeikh Al Khurazy berkata: "Bersihkanlah (sepuluh) lantai ini ". IImam Al Ghazali lalu hendak membersihkannya dengan sapu.


Tetapi Syekh itu berkata: "Sapulah (bersihkanlah) dengan tanganmu."


Lalu Imam Al Ghazali menyapun lantai dengan tangan beliau, kemudian beliau melihat kotoran yang banyak dan bermaksud menghindari kotoran itu. 


Namun Syekh berkata: "bersihkan pula kotoran itu dengan tanganmu."


Imam Al Ghazali lalu bersiap membersihkan dengan menyisingkan pakaiannya. 


Melihat keadaan yang demikian itu Syekh berkata “Nah bersihkan kotoran itu dengan pakaian seperti itu." 


Imam Al Ghazali menuruti perintah Syekh tersebut dengan hati yang ridha dan ikhlas. Tetapi begitu Imam Al Ghazali akan memulai melaksanakan perintah Syekh, beliau langsung mencegahnya dan memerintahkan agar pulang.


Imam Al Ghazali pulang dan setibanya di rumah beliau mendapat ilmu pengetahuan yang luar biasa. Dan Allah telah memberikan ilmu laduni atau ilmu kasyaf yang diperoleh dari ilmu tasawuf atau kebersihan hati kepad beliau.


Selain menggambarkan kita bagaimana upaya Imam Ghazali dalam menjaga kebersihan hati,  perjalanan hidup Imam Ghazali ini mengajarkan akan pentingnya seorang santri untuk tidak pernah berhenti belajar. Meski telah bergelar syekh, semangat Imam Ghazali dalam mencari ilmu tidak pernah padam. Selanjutnya, seorang muslim juga perlu memiliki guru spiritual yang dapat membimbing, mengarahkan, serta memperbaiki hati. Dalam dunia tasawuf, karena hati memiliki peran penting dalam kehidupan manusia karena menjadi pusat dan penentu kualitas spiritual seseorang.


‘Ala kulli hal semoga Allah selalu menjaga hati kita, aamiin.


Sumber: 
Syarh Maraqi al-Ubudiyah h. 85 karya syeikh Nawawi Al Bantani.

Oleh: Al-Kamali.


Sunday, April 27, 2025

Diwan Imam Haddad: Seni Bermuamalah dengan Hati


Yalla gamaah! Izaykua? Saat ini Indonesia tengah menghadapi pelbagai permasalahan sosial, salah satunya adalah rusaknya moralitas para pemimpin akibat keserakahan dan kecintaan berlebihan terhadap dunia. Dan Fenomena ini bukanlah sekadar persoalan sistem atau regulasi, tetapi lebih dalam lagi, ini menyangkut kondisi hati setiap individu. Ketika hati manusia masih dipenuhi dengan ketamakan, maka pelbagai penyimpangan akan terus terjadi.


Rasulullah  ﷺ mengajarkan bahwa, sumber utama dari kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia berakar pada hati. Beliau ﷺ bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

"Ketahuilah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Jika daging itu rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati." (HR. Bukhari dan Muslim).


Dari hadits diatas, dapat dipahami bahwa perbaikan kondisi bangsa bukan hanya soal kebijakan dan regulasi, tetapi lebih personal, yakni perbaikan hati setiap individu. Hati yang bersih akan menghasilkan pemimpin yang amanah, masyarakat yang jujur, dan lingkungan yang lebih baik.


Karena kebahagiaan sejati dalam hidup tidak diukur dari harta, jabatan, atau kekuasaan, tetapi dari kebersihan hati. Orang yang hatinya bersih akan selalu merasa cukup dan bahagia, apapun keadaannya. Sebagaimana maqolah yang disampaikan beliau Agus Aniq:

الرِّضَى مِفْتَاحُ كُلِّ سَعَادَةٍ

"Ridha adalah kunci segala kebahagiaan."


Hati yang ridha adalah hati yang menerima takdir Allah dengan lapang dada, tanpa keluhan dan protes. Namun, dalam mencapai kondisi hati yang ridha bukanlah perkara yang mudah. Diperlukan latihan dan kesungguhan dalam membersihkan hati dari penyakit-penyakit seperti iri, dengki, dan cinta dunia yang berlebihan.


Dalam salah satu syairnya, Imam Al-Haddad memberikan nasihat berharga tentang menghadapi kehidupan dengan ketenangan hati:

هَوِّنْ عَلَيْكَ نَائِبَ الدَّهْرِ يَهُنْ عَلَيْكَ كُلُّ مَا يَجْرِي

"Janganlah terlalu bersedih menghadapi ujian hidup, maka semua yang terjadi akan terasa ringan bagimu."


Allah juga telah menjanjikan bahwa setiap kesulitan pasti disertai dengan kemudahan:

فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا إِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًۭا

"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sungguh, bersama kesulitan ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah: 5-6).


Intinya, dalam menghadapi kehidupan, seorang mukmin membutuhkan dua hal utama, yaitu syukur dan sabar. Kemudian Beliau menegaskan kembali bahwa kehidupan ini penuh dengan ujian dan cobaan. Namun, dengan kesabaran dan keyakinan terhadap kelembutan Allah, semua masalah pasti akan menjadi ringan:

فَحُسْنُ الظَّنِّ بِمَوْلَاكَ فِي الْأَحْوَالِ مِنْ يُسْرٍ وَمِنْ عُسْرٍ

"Berbaik sangkalah kepada Tuhanmu dalam segala keadaan, baik dalam kemudahan maupun kesulitan."


Syukur dan sabar adalah dua hal yang saling melengkapi. Ketika mendapat nikmat, kita bersyukur agar nikmat itu bertambah dan berkah. Ketika mendapat ujian, kita bersabar karena Allah tidak akan membebani seseorang di luar batas kemampuannya:

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًۭا إِلَّا وُسْعَهَا

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah: 286).


Jika kita melihat fenomena di masyarakat, banyak orang merasa stres, cemas, dan kehilangan arah dalam hidup. Rutinitas yang melelahkan, ketidakpastian masa depan, serta berbagai persoalan kehidupan seringkali membuat hati manusia gelisah. Maka dari itu Rasulullah ﷺ senantiasa mewanti-wanti kita agar menjaga hati tetap bersih, karena itu kunci untuk menjalani hidup dengan tenang dan penuh keberkahan.


Salah satu cara terbaik untuk menjaga hati adalah dengan menghindari penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki, dan cinta dunia yang berlebihan. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ، فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

"Jauhilah sifat hasad (iri dengki), karena sesungguhnya hasad itu akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR. Abu Dawud).


Fokus pada Penilaian Allah, Bukan Manusia.Di zaman sekarang, banyak orang lebih peduli pada penampilan fisik dan bagaimana mereka terlihat di mata manusia, daripada menjaga hati agar tetap bersih di hadapan Allah. Padahal, Imam Al-Ghazali berkata:

إِنِّي رَأَيْتُ فِي الإِنْجِيلَ أَنَّ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ : (مِن سَاعَةِ يُوضَعُ الْمَيِّتُ عَلَى الْجَنَازَةِ  إِلَى أَنْ يُوضَعَ عَلَى شَفِيرِ الْقَبْرِ يَسْأَلُ اللَّهُ بِعَظَمَتِهِ مِنْهُ أَرْبَعِينَ سؤالاً، أَوَّلَهُ : يَقُولُ : عَبْدِي ... طَهَّرْتَ مَنْظَرَ الْخَلْقِ سِنِينَ وَمَا طَهَّرْتَ مَنْظَرِي سَاعَةٌ. وَكُلَّ يَوْمٍ يَنْظُرُ فِي قَلْبِكَ. يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: مَا تَصْنَعُ لِغَيْرِي وَأَنْتَ مَحْفُوفٌ بِخَيْرِي! أَمَا أَنْتَ أَصَمُّ لَا تَسْمَعُ!؟)

“Saya (Imam Ghazali) telah mengetahui dalam Kitab Injil yang telah diwahyukan kepada Nabi Isa as. sebagai berikut: "Sejak diletakkannya jenazah sampai dibaringkan di kubur, Allah bertanya 40 masalah kepada si mayit, yang pertama "Hai hambaku, kenapa kau sebegitu baguskan penampilanmu di hadapan sesama makhluk sedangkan kau tak pernah memperindah sedikitpun dari hatimu yang menjadi tempat pandanganku. Sementara tiap hari Allah memandang hatimu dan berkata "Kau beramal untuk selain Aku dan kau selalu diliputi kebaikan dariku! apa kau itu tuli?!" 


Dan juga sabda nabi ﷺ:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

"Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian." (HR. Muslim).


Wahyu ini menegaskan bahwa yang paling penting bukanlah seberapa kaya atau tinggi jabatan seseorang, tetapi bagaimana kondisi hatinya. Maka, sungguh ironis jika manusia berlomba-lomba memperindah tubuhnya, tetapi mengabaikan kebersihan hatinya.


Cara Membersihkan dan Menjaga Hati


Merawat hati memerlukan usaha yang terus-menerus. Hati manusia mudah berubah, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

يَا مُقَلِّبَ ٱلْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَىٰ دِينِكَ

"Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu." (HR. Tirmidzi dan Ahmad).


Untuk menjaga hati tetap bersih dan kuat, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:


1. Menjaga makanan dan harta dari yang haram – Karena makanan haram dapat mengeraskan hati dan menghalangi doa.


2. Bersahabat dengan orang-orang saleh – Lingkungan yang baik akan membantu menjaga kebersihan hati.


3. Banyak berzikir dan membaca Al-Qur'an – Sebagaimana firman Allah:


الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ 

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah-lah hati akan selalu tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).


 Mahaguru Ulama Mazhab Syafi’i dari Al-Azhar Mesir, Syekh Abdul Aziz As-Syahawi, menyampaikan pesan penting tentang dzikir terbaik yang sepatutnya kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, dzikir yang paling utama adalah dengan melantunkan Al-Qur'an;


"(Saya) menekankan bahwasanya dzikir yang terbaik yang kita amalkan adalah (melantunkan) Al-Qur'anul Karim. Dzikir yang terbaik yang harus kita amalkan adalah Al-Qur'anul Karim."


4. Menghindari penyakit hati seperti iri, dengki, dan sombong – Karena penyakit-penyakit ini akan membuat hati menjadi gelap dan sulit menerima kebenaran.


Hati adalah muaranya. Manusia tidak akan melakukan pelanggaran jika ia menjadikan hatinya sebagai tempat untuk meminta pertimbangan, karena hati adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian Allah Memang hanya Allah yang mampu menjaga kualitas hati kita. Namun, sebagaimana kita sering berolahraga untuk menjaga kesehatan fisik, maka untuk menjaga kesehatan hati, kitapun memerlukan sebuah aksi, sebuah upaya yang benar benar nyata, istiqamah, dan penuh kesungguhan.


Dan syair Imam Al-Haddad ini mengajarkan cara bermuamalah dengan hati dalam menghadapi kehidupan. Beliau mengajarkan kita untuk menerima takdir dengan lapang, berbaik sangka kepada Allah, bersyukur, dan bersabar dalam menghadapi kesulitan. Selain itu, zuhud terhadap dunia juga menjadi bagian dari ketenangan hati.


‘Ala kulli hal semoga kita semua bisa mengamalkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari, sehingga hati kita selalu dalam keadaan tentram dan penuh keberkahan. Aamiin.


Oleh: Al-Kamali.


Thursday, April 24, 2025

Paijo Si Pemulung

Di sebuah sudut kota yang nyaris dilupakan waktu, hiduplah seorang anak bernama Paijo. Walau usianya baru menginjak 12 tahun, pikirannya jauh lebih dewasa dari anak seusianya. Ia dikenal di kampungnya sebagai anak yang cerdas, rajin, dan punya semangat belajar yang menyala-nyala. Namun hidup tak selalu ramah. Paijo lahir dari keluarga yang serba kekurangan. Ayahnya seorang pemulung, dan ibunya telah pergi selamanya saat Paijo masih balita.

Setiap pagi sebelum matahari muncul sempurna, Paijo sudah menyusuri jalan-jalan kota bersama ayahnya, mencari botol plastik, kertas bekas, dan apa saja yang bisa dijual. Tapi ada satu harta karun yang selalu ia buru diam-diam: buku bekas. Ia akan memungut LKS atau buku sekolah yang masih bisa dibaca, membersihkannya, dan menjadikannya jendela menuju mimpi-mimpinya.

“Aku mau sekolah, Yah. Biar bisa jadi orang pintar,” katanya suatu malam ketika mereka pulang membawa hasil tak seberapa. Sang ayah hanya bisa tersenyum getir, lalu mengusap kepala anak satu-satunya itu. Ia tahu betul, dalam dunia seperti mereka, impian seringkali hanyalah kemewahan.

Suatu siang yang terik, saat Paijo sedang mengais tumpukan sampah di pinggir jalan, tangannya menyentuh sesuatu yang tak biasa. Sebuah dompet kulit mahal. Jantungnya berdegup lebih cepat. Di dalamnya terdapat KTP, STNK, ATM, dan setumpuk uang yang jumlahnya lebih banyak dari yang pernah ia lihat sepanjang hidupnya.

“Paijo, itu bisa buat makan kita berbulan-bulan…” bisik hatinya ragu.

Namun hanya sedetik. Ia tahu apa yang harus dilakukan. Ia menggenggam dompet itu erat dan berkata pada ayahnya, “Yuk, kita cari pemiliknya.”

Rumah pemilik dompet itu bagai istana. Pintu gerbangnya saja lebih besar dari rumah Paijo. Ketika mereka mengetuk pintu, seorang pria paruh baya membukakan, wajahnya terlihat cemas, tapi berubah lega begitu melihat dompet di tangan Paijo.

“Ini… ini milik saya! Kamu yang nemu?” pria itu bertanya tak percaya.

Paijo mengangguk. Ia tak berharap apa-apa, hanya lega karena telah melakukan yang benar.

Namun pria itu tak membiarkannya pergi begitu saja. Ia mengundang Paijo dan ayahnya masuk, menyajikan makanan hangat, dan mengobrol santai. Di tengah tawa dan rasa kagum melihat rak-rak buku dan foto-foto keluarga yang hangat, Paijo merasa dunia ini begitu luas dan ia ingin jadi bagian dari dunia itu.

Ketika hendak pulang, pria kaya itu bertanya, “Apa yang kamu mau sebagai ucapan terima kasih? Apa saja. Katakan.”

Paijo menunduk sesaat. Ia menatap sang ayah, lalu menatap pria itu penuh harap. “Saya… saya cuma pengin sekolah, Pak. Bisa sekolah aja udah cukup. Saya janji nggak akan nyia-nyiain.”

Pria itu terdiam, matanya berkaca-kaca. Ada sesuatu dalam suara Paijo. Tulus, jujur, dan penuh tekad.

“Mulai besok, kamu akan sekolah, Nak. Aku yang akan biayai semuanya.”

Hari itu, langit terasa lebih biru. Dan Paijo tahu, mungkin ini bukan hanya tentang dompet, tapi tentang takdir yang ia temukan di antara tumpukan sampah.

Oleh : Arsa


Monday, April 21, 2025

"Kartini: Perempuan Biasa dengan Mimpi yang Luar Biasa"

 "Kartini: Perempuan Biasa dengan Mimpi yang Luar Biasa"

Kadang kita mikir, buat jadi sosok yang mengubah dunia itu harus punya kekuatan super, atau pangkat tinggi, atau kehidupan yang sempurna. Tapi Kartini, dia membuktikan hal yang sebaliknya.

Kartini itu perempuan biasa. Hidup di masa yang nggak kasih banyak ruang buat perempuan buat bersuara, apalagi bermimpi. Tapi di balik semua batasan itu, dia punya satu hal yang luar biasa: keberanian.

Bayangin ya, jadi perempuan muda, dipingit, nggak boleh sekolah tinggi-tinggi, harus nurut tradisi. Tapi dia malah tanya: “Kenapa?” Kenapa perempuan nggak boleh punya mimpi? Kenapa harus diam, sementara dunia terus bergerak?

Kartini nggak teriak-teriak di jalan, nggak demo bawa spanduk. Tapi dia nulis. Surat demi surat, kata demi kata, jadi jendela buat kita ngelihat isi hatinya. Dan di situ, dia tuangin harapannya: supaya perempuan bisa belajar, bisa berdiri sendiri, bisa bikin pilihan tanpa harus takut atau merasa salah.

Yang bikin keren kartini tahu, mungkin dia nggak akan lihat hasil perjuangannya langsung. Tapi dia tetap jalan. Karena dia percaya, kalau kita nanam benih kebaikan, suatu saat pasti tumbuh meskipun bukan kita yang panen.

Sekarang, lihat aja. Sekolah-sekolah penuh perempuan hebat. Di kantor, di rumah sakit, di pemerintahan, di rumah banyak perempuan ambil peran. Bukan karena mau menang sendiri, tapi karena tahu mereka juga bisa memberi. Itu semua... karena ada satu perempuan dulu yang berani bilang, “Aku juga mau punya mimpi.”

Jadi, buat kamu yang lagi ngerasa kecil, ngerasa nggak punya tempat, inget Kartini. Kamu nggak harus jadi siapa-siapa dulu buat punya arti. Kamu cuma perlu jadi dirimu sendiri... dan berani.

Karena perempuan hebat itu bukan yang paling keras suaranya, tapi yang paling konsisten melangkah. Pelan, tapi nggak berhenti.

Oleh : Alp.


Monday, April 14, 2025

Keistimewaan Bulan Syawwal

    

    Syawal, bulan kesepuluh dalam kalender Hijriah, menyimpan banyak keutamaan bagi umat Islam. Mari kita telusuri lebih dalam tentang keistimewaan bulan ini.

    Bulan Syawal memiliki beberapa keistimewaan yang menjadikannya bulan yang istimewa bagi umat Islam:

  • Hari Raya Idul Fitri:

    • Syawal diawali dengan perayaan Idul Fitri, hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan. Ini adalah momen kebahagiaan dan syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.

  • Puasa Syawal:

    • Salah satu amalan yang sangat dianjurkan di bulan Syawal adalah puasa sunnah selama enam hari. Pahala puasa Syawal setara dengan pahala puasa setahun penuh, seperti yang disebutkan dalam hadis riwayat Imam Muslim.

  • Mempererat Silaturahmi:

    • Bulan Syawal menjadi momen yang tepat untuk mempererat tali silaturahmi dengan keluarga, kerabat, dan teman-teman. Tradisi saling mengunjungi dan bermaaf-maafan menjadi ciri khas bulan ini.

  • Peningkatan Ibadah:

    • Syawal adalah waktu untuk melanjutkan dan meningkatkan kualitas ibadah setelah Ramadhan. Semangat ibadah yang telah terbangun selama Ramadhan sebaiknya tetap dijaga dan ditingkatkan di bulan ini.

  • Waktu Yang Baik Untuk Menikah:

    • Rasulullah SAW menikahi Aisyah RA pada bulan syawal, maka dari itu bulan syawal dianjurkan untuk melangsungkan pernikahan.

Mari kita jadikan bulan Syawal sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri, mempererat hubungan dengan sesama, dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Semoga kita semua mendapatkan berkah dan ampunan di bulan yang mulia ini.


Oleh : Alip


Saturday, March 22, 2025

Liburan Idul Fitri Ngapain Aja?

 

Pesan Abuya : 

  1. Sampaikan salam kepada kedua orang tua yang masih sugeng

  2. Membantu pekerjaan orang tua di rumah semampunya, misalnya menyapu, mengepel, membersihkan meja dan kursi, menyiapkan kue lebaran, dll

  3. Jagalah sopan santun, akhlak mulia dimana saja dan kapan saja kamu berada ketika liburan idul fitri

  4. Di akhir bulan Ramadhan ini lakukanlah ziarah kubur ke makam leluhur-leluhur kalian. Terutama bagi yang orang tuanya sudah meninggal. Karena para ahli kubur sangat-sangat mengharapkan doa-doa dari orang yang masih hidup. Para ahli kubur sangat senang ketika diberi doa-doa dari orang-orang atau anaknya sendiri, bahkan lebih senang daripada ketika di dunia diberi dunia seisinya, sabda Nabi Muhammad SAW : 


رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ مَا الْمَيِّتُ فِي قَبْرِهِ إِلَّا كَالْغَريقِ الْمُغَوَّثِ يَنْتَظِرُ دَعْوَةً تَلْحُقُهُ مِنِ ابْنِهِ أَوْ أَخِيهِ أَوْ صَدِيقٍ لَهُ فَإِذَا لَحِقَتْهُ كَانَتْ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

Artinya : "Diriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda, tidak ada mayit yang berada dalam kuburnya kecuali ia seperti orang tenggelam yang meminta pertolongan seperti ghoriqil mughawwats. yaitu orang yang meminta pertolongan ia menunggu setetes doa yang yang dikirimkan anaknya, saudara, atau temannya. Karenanya ketika ia mendapatkan doa, maka hal itu lebih ia sukai dibanding dunia dengan seluruh isinya," (HR. Dailami)

  1. Ketika malam hari raya perbanyaklah takbir mursal semalam suntuk, mulai dari maghrib sampai pelaksanaan sholat idul fitri

  2. Jangan sampai tidak mengikuti sholat idul fitri. Setelah sholat idul fitri lakukanlah salam-salaman dengan para jama’ah. Selesai salam-salaman lanjut

  3. Pulang kerumah dan sungkem kepada bapak dan ibu, eyang kakung, eyang putri. Setelah itu, sarapan dilanjut silaturahim ke keluarga terdekat dan ke tokoh-tokoh masyarakat terutama para kyai dan ulama-ulama, mintalah maaf dan doa restu kepada beliau-beliau

  4. Ingat! Kalian di rumah jangan sampai lupa dengan tanggung jawab sebagai santri Al fattah, terutama bagi penghafal Qur’an. Jangan sampai karena adanya perayaan hari raya menjadikanmu lupa dengan tanggung jawabmu yaitu, nderes atau muroja'ah

  5. Jangan lupa pulang ke pondok dengan disiplin, tepat waktu. Pulangan ke pondok dengan perasaan yang bahagia dan semangat untuk menuntut dan menghafal ilmu.


Ketika kalian bisa melaksanakan semua pesan yang saya berikan, insyaAllah orang tua kalian kalian ridho kepada kalian. Ketika kalian diridhoi orang tua kalian, pasti Allah juga akan meridhoi kalian, karena


رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ

Artinya : “Ridha Allah berada pada ridha kedua orang tua.”

Ketika Allah sudah ridho, InsyaAllah Allah akan memberikan taufik serta hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita bisa nyaman dan tentram melaksanakan ibadah kepada-Nya.


Oleh : Alp.


Wednesday, March 19, 2025

Kapan Terjadinya Malam Lailatul Qadar?

 Kapan Terjadinya Malam Lailatul Qadar?

Malam lailatul Qadar adalah malam paling luar biasa yang hanya ada satu dalam satu tahun, yakni di dalam bulan Ramadhan. Tapi, kapan sebenarnya malam yang lebih baik dari satu bulan ini? Sayangnya, tidak ada yang tahu pasti kapan malam ini.


Dilansir dari almanhaj.or.id, terdapat sepuluh pendapat mengenai kapan terjadinya malam Lailatul Qadar, yang dikutip kurang lebih dari 30 referensi kitab-kitab. Dilansir dari islam.nu.or.id, pada kitab Fathul Bari, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani menyebutkan ada sekitar 45 pendapat mengenai kapan terjadinya malam lailatul qadar. Akhirnya, lailatul qadar masih menjadi salah satu misteri terbesar umat muslim dalam setiap tahunnya.


Sebuah penelitian kuantitatif dilakukan oleh Sriyanto Effendi dan Moh Hafiyusholeh. Meninjau dari beberapa pendapat yang menyatakan bahwa malam Lailatul Qadar adalah malam yang terang, cerah, tidak panas dan tidak dingin. Ditambah dengan pagi harinya, di mana matahari terbit dengan tidak menyilaukan dan sejuk. Maka, penelitian dilakukan dengan melihat aspek udara, kelembaban udara, intensitas penyinaran matahari dengan menggunakan statistika non parametrik sebagai bagian dari matematika yaitu dengan uji mann whitney. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan Ramadhan penuh yang bertepatan dengan 6 Mei sampai 5 Juni 2019 di empat lokasi di Jawa Timur, yakni wilayah Surabaya, Gresik, Malang, dan Tuban.


Lantas, apa hasil dari penelitian ini?


Sayangnya, tidak ditemukan perbedaan suhu udara, kelembaban udara, ataupun intensitas penyinaran matahari pada malam pertama sampai malam terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa malam lailatul Qadar memang tidak bisa diketahui secara pasti. Di dalam kitab Nashaihul Ibad, karya Syekh Imam Nawawi al-Bantani, terdapat atsar dari Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu anhu. Beliau berkata, bahwa salah satu dari enam perkara yang dirahasiakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala adalah malam lailatul Qadar di bulan Ramadhan. Hikmah dari Allah menyembunyikan malam Lailatul Qadar adalah agar manusia semangat mencarinya, agar tidak hanya ‘menghadang’ di waktu-waktu tertentu. Hal ini juga serupa dengan yang dikatakan Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani di kitab Fathul Bari. 


Oleh : Hasan (K-San)