Tuesday, October 7, 2025

kebahagiaan sejati


Farid adalah seorang sopir truk. Setiap hari ia mengantarkan paket dari satu gudang ke gudang lain. Pekerjaan itu ia jalani demi menghidupi keluarganya yang selalu menunggu kepulangannya di rumah. Namun Farid jarang benar-benar pulang; ia bukan hanya sopir dalam kota, melainkan juga antarprovinsi.

Rutinitas yang berat membuatnya sering merasa lelah. Kadang ia mengeluh dalam hati, kadang ia iri melihat orang lain. Ada kalanya ia merasa hidupnya jauh dari kebahagiaan. Tapi semua itu ia simpan rapat-rapat agar keluarga dan orang terdekatnya tidak tahu.

Suatu hari, Farid mendapat tugas mengirim paket ke Jakarta. Ia menarik napas panjang. Tugas ke ibu kota bukan tugas biasa; jaraknya jauh, bebannya pun berat. Dengan perasaan yang campur aduk, ia menyalakan truk boksnya dan mulai berangkat. Sepanjang jalan ia bergumam dalam hati, “Kenapa harus capek-capek begini? Enak ya jadi pegawai kantoran…”

Belum habis keluhnya, jarum bensin turun drastis. “Alah, bensin mau habis lagi. Sekalian saja habis masa jabatannya,” gerutunya. Mau tidak mau, ia menepi di SPBU untuk mengisi bahan bakar. Selesai mengisi, azan Zuhur berkumandang. Kebetulan ada masjid di dekat situ, maka Farid pun memutuskan salat terlebih dahulu.

Usai salat, ia kembali melanjutkan perjalanan. Namun keluhan belum hilang dari hatinya. “Di mana kebahagiaan, ya Allah?” batinnya. Malam kian larut. Tepat pukul sembilan malam, ia akhirnya tiba di ibu kota. Sayang, truknya tiba-tiba mogok. Untung ia sempat menepi. “Ah, truk tua! Bikin masalah saja,” keluhnya sambil turun dan menendang ban. “Kenapa sih mau bahagia saja susah?”

Saat itulah matanya menangkap pemandangan tak biasa: seorang pengemis bersama dua anaknya yang masih kecil. Wajah mereka lusuh, tapi mereka tertawa ceria. Di tengah kesederhanaan itu, mereka terlihat bahagia.

Farid terdiam. Hatinya seperti disadarkan. Bahagia ternyata bukan soal apa yang kita punya, melainkan bagaimana kita bersyukur.

Sejak malam itu, Farid mulai belajar menerima hidupnya. Ia menjalani pekerjaannya dengan hati lebih lapang. Mengantar barang kini ia lakukan dengan ikhlas. Sepanjang jalan, keluhan ia ganti dengan zikir. Rasa iri ia ubah menjadi rasa syukur. Dan di situlah ia menemukan kebahagiaan sejati.

Oleh : Azami.

Latest
Next Post

0 comments: