Wednesday, August 27, 2025

Kisah Sahabat yang Kewafatannya Menggetarkan 'Arsy : Sayyidina Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu 'Anhu

    Halo sobat Al Fatah website! Alhamdulillah kita semua masih diberi Allah nikmat yang begitu agung hingga saat ini, yakni kekuatan untuk menyiarkan maulid kekasih kita tercinta, Nabi agung Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

    Di serial 'Mengenal Sahabat Nabi Episode Kedua' kali ini kita akan mengenal seorang sahabat nabi yang sangat masyhur, yaitu sayyiduna Sa'ad bin Mu'adz radhiyallahu 'anhu, yang telah berjasa besar bagi umat islam hingga detik ini, dan berkat jasa beliau juga, saat itu agama islam sangat berkembang di kota Madinah, bahkan sebelum Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hijrah.

    Kisah Sayyidina Sa'ad ibn Mu'adz ini adalah sebuah narasi tentang keimanan yang kokoh, keberanian, dan pengorbanan yang luar biasa. Cerita ini dimulai saat beliau berusia 31 tahun, setahun sebelum kedatangan Rasulullah di Madinah. Beliau adalah pemimpin suku Bani Aus, salah satu suku terpandang yang berkuasa di Madinah.

Masuknya sayyidina Sa'ad ke dalam Islam

     Keislaman sayyidina Sa'ad bermula ketika Rasulullah mengutus sayyidina Mush'ab bin Umair, seorang sahabat senior, untuk berdakwah di Madinah. Berita kedatangan sayyidina Mush'ab sampai ke telinga Sa'ad, yang saat itu masih memegang teguh keyakinan nenek moyangnya. Dengan geram, ia memerintahkan sahabatnya, sayyidina Usaid bin Hudhair, untuk menemui sayyidina Mush'ab dan memintanya untuk menghentikan dakwahnya di pemukiman mereka.

    Sayyidina Usaid pun pergi, namun setelah beliau mendengarkan penjelasan sayyidina Mush'ab tentang ajaran Islam dan merasakan keindahan bacaan Al-Qur'an, hatinya tersentuh. Beliau langsung bersyahadat dan memeluk Islam. Sayyidina Usaid kemudian kembali kepada sayyidina Sa'ad, dan dengan cerdik, beliau berbohong bahwa beliau menemukan kaum Bani Haritsah sedang bersekongkol melawan sayyidina Sa'ad, memprovokasi sayyidina Sa'ad untuk menemui sayyidina Mush'ab sendiri.

    Ketika sayyidina Sa'ad bertemu sayyidina Mush'ab, beliau berkata dengan nada menantang. Namun, sayyidina Mush'ab dengan lembut berkata, "Apakah engkau tidak ingin duduk sebentar untuk mendengar?" Sayyidina Sa'ad pun terdiam. Begitu sayyidina Mush'ab mulai menjelaskan Islam dan membacakan Al-Qur'an, hati sayyidina Sa'ad yang keras perlahan luluh. Beliau merasakan kekhusyukan dan ketenangan yang belum pernah beliau rasakan sebelumnya. Wajahnya yang semula muram berubah menjadi cerah. Kemudian, tanpa ragu beliau mengucapkan syahadat.

    Setelah memeluk Islam, sayyidina Sa'ad kembali kepada kaumnya dan bertanya, "Apa pendapat kalian tentang diriku?" Mereka menjawab serempak, "Engkau adalah pemimpin kami, orang yang paling kami ikuti pendapatnya, dan orang yang paling kami percaya." Sayyidina Sa'ad melanjutkan, "Tidak ada seorang pun di antara kalian, baik laki-laki maupun perempuan, yang boleh berbicara denganku sebelum kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya." Malam itu juga, berkat pengaruhnya yang kuat, seluruh kaum Bani Aus menjadi Muslim.

Kepahlawanan dan Pengorbanan

    Sayyidina Sa'ad bin Mu'adz adalah sosok yang sangat setia dan berani dalam membela Islam. Dalam Perang Badar, beliau mewakili kaum Anshar dan menegaskan dukungan tak terbatas kepada Rasulullah dengan mengatakan mereka akan tetap maju bersama-Nya, bahkan jika beliau "menjerumuskan diri ke dalam lautan." Di Perang Uhud, sayyidina Sa'ad berdiri tegak sebagai tameng hidup, melindungi Rasulullah dari serangan musuh.

    Momen kepahlawanannya yang paling dikenang terjadi saat Perang Khandaq. Saat itu, kota Madinah dikepung oleh pasukan musuh. Sayyidina Sa'ad terkena panah di lengan yang merobek urat nadinya, sebuah luka parah yang hampir merenggut nyawanya.

    Setelah Perang Khandaq, sayyidina Sa'ad ditunjuk oleh Rasulullah untuk menjadi hakim atas Bani Quraizhah yang berkhianat. Dengan tegas, beliau memutuskan agar laki-laki dewasa dihukum mati dan wanita serta anak-anak dijadikan tawanan, sebuah keputusan yang kemudian ditegaskan oleh Rasulullah sebagai kehendak Allah.

Wafat dan Kemuliaan Setelah Kematian

    Kondisi luka sayyidina Sa'ad semakin memburuk setelah perang. Sebelum wafat, beliau memanjatkan dua doa yang luar biasa. Pertama, beliau berdoa agar tidak dicabut nyawanya sampai beliau melihat nasib Bani Quraizhah selesai. Kedua, beliau berdoa agar musibah yang menimpanya menjadi jalan baginya untuk menemui syahid, dan agar Allah memberinya kesempatan untuk kembali menghadapi kaum Quraisy jika masih ada peperangan.

    Darah dari luka beliau terus mengalir tanpa henti hingga membanjiri lantai masjid. Sayyidina Sa'ad bin Mu'adz akhirnya wafat. Bahkan dalam sabdanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallah menegaskan,

 قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اهْتَزَّ عَرْشُ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ لِمَوْتِ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "'Arsy Allah 'azza wajalla bergetar karena kematian Sa'd bin Mu'adz."

    Mendengar kabar kewafatan sayyidina Sa'ad bin Muadz, Rasulullah segera bergegas menuju rumahnya karena khawatir para malaikat akan mendahului mereka dalam memandikan jenazah sayyidina Sa'ad.

    Ketika jenazahnya diusung, para sahabat merasa sangat ringan, seolah-olah mereka mengusung kapas. Rasulullah menjelaskan bahwa jenazah sayyidina Sa'ad terasa ringan karena 70.000 malaikat ikut mengusungnya. Kemudian, Rasulullah bersabda bahwa jika ada orang yang selamat dari himpitan kubur, maka sayyidina Sa'ad adalah orangnya. Diriwayatkan juga bahwa tanah di kuburan sayyidina Sa'ad berubah menjadi wangi.

    Menurut Ibnu Syihab Az-Zuhri, tiga hal yang membuat sayyidina Sa'ad bin Mu'adz begitu istimewa di hadapan Allah adalah keyakinannya yang teguh pada semua ajaran Rasulullah, kekhusyukannya yang luar biasa dalam salat, serta ketelitiannya dalam memastikan bahwa setiap makanan yang ia konsumsi berasal dari usaha yang halal.

Oleh: Tim Litbang.

Latest
Next Post

0 comments: