Thursday, August 28, 2025

Sang Penjaga Rahasia Nabi : Sayyidina Hudzaifah bin al-Yaman Radhiyallahu 'Anhu

 

    Halo para pembaca setia Website Al Fattah!

    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang hingga detik ini masih melimpahkan kepada kita nikmat iman, Islam, dan kesempatan untuk terus menebar kecintaan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

  Di serial 'Mengenal Sahabat Nabi Episode Ketiga' kali ini  kita akan menyelami kisah salah satu sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat masyhur, yaitu Sayyiduna Hudzaifah bin al-Yaman raḍiyallāhu ‘anhu. Beliau memiliki jasa besar bagi umat Islam, bahkan hingga detik ini. Berkat keberanian, kecerdasan, dan keteguhannya, Islam semakin berkembang di Madinah, bahkan sebelum kedatangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam peristiwa hijrah. Lebih dari itu, Sayyidina Hudzaifah juga dikenang sebagai sahabat yang banyak meriwayatkan hadits-hadits tentang fitnah akhir zaman, sehingga menjadi pelita bagi umat Islam untuk memahami berbagai ujian kehidupan.

    Sayyidina Hudzaifah termasuk generasi awal yang beriman kepada Rasulullah . beliau dikenal cerdas, bijak, dan memiliki keberanian yang luar biasa. Berbeda dengan banyak sahabat lain, keislamannya tidak menimbulkan penentangan keras dari kaumnya, sehingga beliau bisa lebih leluasa mendampingi Nabi .

Julukan: Penjaga Rahasia Nabi     Beliau dijuluki Ṣāḥib as-Sirr (صاحب السرّ), artinya penjaga rahasia, karena Rasulullah mempercayakan kepadanya nama-nama orang munafik di Madinah. Tidak ada seorang pun sahabat yang mengetahui daftar itu kecuali  Sayyidina Hudzaifah. Karena itu, setiap kali ada sahabat meninggal, Khalifah ʿUmar bin al-Khaṭṭāb رضي الله عنه sering memperhatikan apakah  Sayyidina Hudzaifah ikut menshalatkannya atau tidak. Jika  Sayyidina Hudzaifah tidak ikut, maka orang itu diduga termasuk golongan munafik. Keberanian di Medan Perang      Sayyidina Hudzaifah ikut serta dalam banyak pertempuran besar:    • Perang Uhud: Ayahnya, al-Yamān, gugur di medan perang akibat tertimpa pedang salah satu kaum muslimin sendiri yang keliru mengenalinya.  Sayyidina Hudzaifah dengan lapang dada memaafkan para sahabat yang tidak sengaja membunuh ayahnya, bahkan memohonkan ampunan bagi mereka.
    Perang Khandaq: perang Rasulullah mengutus  Sayyidina Hudzaifah untuk menyusup ke tengah pasukan musuh pada malam hari guna memata-matai keadaan Quraisy. Beliau melaksanakan misi itu dengan penuh keberanian dan berhasil kembali membawa kabar penting tanpa diketahui musuh.
Ilmu tentang Fitnah      Sayyidina Hudzaifah dikenal sebagai sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis tentang fitnah dan tanda-tanda akhir zaman. Beliau sendiri pernah berkata:
“Orang-orang bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang keburukan agar aku dapat menjauhinya.” Hal ini menunjukkan kecerdasannya dalam memahami zaman dan pentingnya mengenali keburukan supaya tidak terjerumus di dalamnya. Jabatan di Masa Khalifah     Pada masa kekhalifahan ʿUmar ibn al-Khaṭṭāb رضي الله عنه,  Sayyidina Hudzaifah diangkat sebagai gubernur Kufah. Beliau memimpin dengan amanah, zuhud, dan keadilan, meskipun selalu merasa khawatir akan fitnah dunia.
Wafat      Sayyidina Hudzaifah wafat di al-Madāʾin (Irak, dekat Baghdad sekarang) pada tahun 36 H / 656 M, hanya beberapa hari setelah terbunuhnya Khalifah ʿUtsmān رضي الله عنه. Menjelang wafat, beliau berkata penuh haru: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu aku lebih mencintai kefakiran daripada kekayaan, lebih mencintai kerendahan hati daripada kemuliaan, lebih mencintai kematian daripada kehidupan. Ya Allah, jika Engkau hendak mendatangkan fitnah kepada umat ini, maka ambillah aku kepada-Mu tanpa terkena fitnah itu.”
Doanya dikabulkan, dan beliau meninggal dunia dengan tenang.

Oleh: Tim Litbang


Latest
Next Post

0 comments: