Lahir di Mekkah dua tahun setelah kelahiran Rasulullah ﷺ, Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq adalah salah satu tokoh paling terkemuka dari klan Bani Tamim, bagian dari suku Quraisy yang sangat disegani. Meskipun terlahir dengan nama Abdul Ka'bah—yang berarti 'hamba Ka'bah'—nama ini diubah oleh Rasulullah ﷺ menjadi Abdullah, sebuah nama yang lebih mulia dan bermakna 'hamba Allah'. Sejak kecil, beliau telah menunjukkan karakter yang luar biasa. Berbeda dengan pemuda Mekkah pada umumnya yang terbiasa dengan pesta, judi, dan minum-minuman keras, Sayyidina Abu Bakar menjalani hidup yang bersih dari hal-hal tersebut. Beliau adalah sosok yang cerdas, memiliki hati yang lembut, dan dikenal dengan kejujuran serta kesabaran yang tak tertandingi.
Kemuliaan akhlaknya tercermin dalam profesinya sebagai seorang pedagang ulung. Dengan modal awal 40.000 dirham, beliau membangun kekayaan yang besar, namun bukan dengan cara curang. Kejujuran adalah modal utamanya. Beliau dikenal menepati janji dan memperlakukan semua orang, baik kawan maupun lawan, dengan adil. Kekayaannya tidak membuatnya sombong, melainkan menjadikannya lebih dermawan, gemar menolong, dan membebaskan orang-orang yang tertindas. Beliau adalah salah satu orang yang paling dihormati di Mekkah sebelum datangnya Islam.
Keimanan Sayyidina Abu Bakar diuji dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj. Ketika banyak penduduk Mekkah, bahkan sebagian kaum Muslim, ragu dan menertawakan cerita Rasulullah ﷺ tentang perjalanannya dalam semalam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan kemudian naik ke langit, namun Sayyidina Abu Bakar langsung membenarkannya. Dengan keyakinan penuh, ia berkata, "Jika ia yang mengatakannya, maka ia adalah orang yang benar." Dari sinilah beliau mendapatkan gelar yang abadi, "As-Siddiq", yang berarti 'yang berkata benar'. Gelar ini bukan sekadar julukan, melainkan pengakuan atas kebenaran imannya yang absolut.
Pengorbanan Sayyidina Abu Bakar tidak hanya sebatas kata-kata. Beliau rela mengorbankan seluruh hartanya untuk perjuangan Islam. Dengan hartanya, beliau membebaskan budak-budak yang disiksa karena memeluk Islam, termasuk Bilal bin Rabah, yang kemudian menjadi salah satu muazin paling terkenal dalam sejarah Islam. Tindakannya ini menunjukkan komitmen totalnya pada dakwah.
-
Perang Riddah (Perang Melawan Kemurtadan): Banyak kabilah Arab yang baru masuk Islam kembali murtad dan menolak membayar zakat setelah wafatnya Rasulullah ﷺ. Sebagian dari mereka bahkan mengangkat nabi-nabi palsu. Dengan ketegasan dan kebijaksanaan, Sayyidina Abu Bakar memimpin pasukan Muslim untuk memerangi mereka. Beliau berprinsip bahwa zakat adalah kewajiban yang tidak bisa dipisahkan dari syahadat. Berkat kepemimpinan beliau yang kuat, pemberontakan ini berhasil dipadamkan, dan persatuan umat Islam kembali tegak.
-
Pembukuan Al-Qur'an: Dalam pertempuran melawan kaum murtad, banyak dari para Sahabat yang gugur, termasuk para huffaz (penghafal Al-Qur'an). Kekhawatiran akan hilangnya ayat-ayat suci mendorong Sayyidina Umar bin Khattab mengusulkan kepada Sayyidina Abu Bakar untuk mengumpulkan dan membukukan Al-Qur'an. Meskipun awalnya ragu karena ini adalah hal yang belum pernah dilakukan di zaman Rasulullah ﷺ, Sayyidina Abu Bakar akhirnya setuju. Beliau menugaskan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan semua lembaran Al-Qur'an, dari pelepah kurma, batu, tulang, hingga hafalan para Sahabat. Perintah ini menjadi salah satu kontribusi terbesar dan paling monumental dari beliau, yang menjaga keaslian dan kelestarian kitab suci umat Islam hingga hari ini.
Akhir Hayat dan Kemuliaa Tertinggi
Setelah kepemimpinan yang penuh tantangan, Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq wafat pada tanggal 23 Agustus 634 M. Beliau mengembuskan napas terakhirnya di usia 61 tahun. Kehilangan beliau merupakan duka yang mendalam bagi seluruh kaum muslimin. Atas permohonannya, beliau dimakamkan di samping makam Rasulullah ﷺ, sebuah tempat terhormat yang mencerminkan kedekatan dan keagungan posisinya di sisi Rasulullah ﷺ.
Sayyidina Abu Bakar meninggalkan warisan yang tak terhingga. Beliau adalah simbol kesetiaan tanpa syarat, pengorbanan tanpa batas, dan kepemimpinan yang tegas dan bijaksana. Rasulullah ﷺ pernah bersabda bahwa Sayyidina Abu Bakar adalah orang yang akan dipanggil dari semua pintu surga pada Hari Kiamat. Ini adalah bukti kehormatan tertinggi yang diberikan kepadanya, sebagai pengakuan atas segala pengabdian dan keteguhan imannya. Beliau adalah jembatan yang menghubungkan era kenabian dengan era kekhalifahan, memastikan ajaran Islam tetap tegak setelah wafatnya Rasulullah ﷺ.
oleh : Tim Litbang.